Bontang,15 Juli 2015
Kamu pernah patah hati?. Aku pernah. Kamu pernah merasa hampir mati hanya karena pria?,Aku pernah. ya, aku pernah begitu mencintai seorang pria. Bangkit dan jatuh hanya karena satu nama. Hahaha, ya aku pernah. dan itu konyol. Untungnya itu dulu. Lelaki itu, pria itu, dia hidup dalam masa laluku, dan cukup baginya masa itu saja.
Pengecut yang mewarnai hariku dengan sangat lancang itu sekarang sudah menikah. Entah kapan, dimana atau bagaimana. Hanya sebatas berita "sudah menikah" yang aku dengar. Akhirnya, dia menikahi perempuan itu. Entah masih boleh disebut perempuan atau tidak, seseorang yang dengan sengaja dan waras tega untuk merobek, mengoyak dan merusak kisah perempuan lainnya. Mungkin mereka tengah berbahagia, atau mungkin sebaliknya. Biar Tuhan dan waktu yang menagtur alurnya.
Aku sudah terlampau acuh untuk mengerti, memahami apalagi memaklumi. jadi aku hanya berjalan, berlari, terbang. meninggalkan masa laluku tertinggal. Membiarkan luka dan anyir itu mengudara.
Hingga arus kehidupan menyeretku dalam berbagai kisah. Membawaku menuju dia. Kisah cita baru. Dia bukan cinta, dia cita. Dia bukan pemberhentian, dia tujuan. Karena dia serpihan malam yang tertinggal, dia dini hari yang memelukku nyaman, dia hangat yang membelai kala hujan,dia fadjar.
Certaku berawal di tanggal ini, tahun lalu.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H