Generasi GIGIH 2.0 merupakan progam yang diselenggarakan oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) dan GOTO.  Progam ini diharapkan dapat membawa perubahan positif di Indonesia pada bidang teknologi dan mempercepat transformasi digital melalui pelatihan yang diadakan. Progam ini terdiri dari tiga pilihan learning track, yaitu front-end engineer, back-end engineer, dan data analyst.
 Pada batch 2.0, terdapat 1.188 peserta yang berhasil tergabung dari kurang lebih 10.000 pendaftar baik dari peserta progam kampus merdeka, maupun peserta public.Â
Selain belajar untuk kompetensi teknis pada technical class, pada program Generasi GIGIH juga belajar hal lainnya seperti pengembangan softskills dengan adanya kelas Softskills dan career readinesss, webinar yang membahas mengenai persiapan karir, pembelajaran Bahasa inggris yang mana bekerjasama dengan mitra Cakap, dan juga self paced learning pada  Progate agar melatih untuk mempunyai pola pikir yang kritis dan mandiri.
Terdapat hal yang menarik dari program studi independent di Generasi GIGIH yang membedakan dengan progam studi independent lainnya. Jika pada progam studi independent lain biasanya hanya terdiri dari pelatihan, sertifikasi, dan project akhir, di Generasi GIGIH ini pesertanya dapat berkesempatan untuk terjun langsung di dunia kerja melalui magang atau tawaran pekerjaan di mitra industry Generasi GIGIH seperti Gojek, Tokopedia, Shopee, dan lain-lain. Â
Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri  dari program ini karena setelah kita mendapatkan bekal pengetahuan melalui proses pembelajaran yang diikuti di kelas, kita juga dapat menerapkan ilmu yang didapat sesuai dengan learning track yang diikuti.
Program Generasi GIGIH 2.0 ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Virtual Meeting selama enam bulan, yang mana terdiri dari tiga tahapan :
- Tahap yang pertama yaitu onboarding sebagai tahap awal untuk membahas mengenai pengumuman, ketentuan, dan persiapan apa saja yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
- Tahap yang kedua yaitu tahap pembelajaran. Disini saya mengambil learning track data analyst, yang belajar banyak hal mulai dari mengelola data sampai dengan memvisualisasikan data. Sebelum mengikuti technical class, saya belajar mandiri selama 2 minggu menggunakan Progate untuk materi SQL dan Python sebagai landasan awal. Setelah itu baru kemudian saya belajar pada technical class yang dipandu oleh praktisi-praktisi dibidangnya. Beberapa hal yang dipelajari pada kelas ino diantaranya seperti pengenalan data, melakukan data pre-processing, data cleaning, dan data analyzing dengan python menggunakan Google Collab, mempelajari SQL dan data transformation menggunakan Big Query, dan juga belajar data visualization menggunakan Google Data Studio. Hal ini tentunya menjadi bekal bagi saya dalam bidang Data Analyst. Selain itu saya juga belajar Bahasa Inggris di Cakap yang mana terdapat 30 module pembelajaran dengan 30 pertemuan. Dengan adanya Cakap Class ini kemampuan speaking dalam Bahasa Inggris saya menjadi lebih meningkat karena sering dilatih untuk pronounciation-nya dan banyak penambahan vocabulary Bahasa Inggris. Selanjutnya saya belajar untuk persiapan memasuki dunia kerja dengan mengikuti softskills and career readiness class yang mana belajar untuk membuat CV, mendapatlan tips saat wawancara, dan juga softskills-softskills penting yang perlu dimiliki.                                                                                  Â
- Tahap terakhir, yaitu tahap akhir yang mana sebagai tahap untuk mempraktikkan pengetahuan yang didapatkan pada proses pembelajaran. Pada tahap ini, terdapat dua kesempatan yaitu mengikuti capstone project atau mengikuti paid internship selama tiga bulan pada mitra industry Generasi GIGIH. Disini saya mengikuti capstone project untuk topik kesehatan. Saya bersama anggota kelompok membuat dashboard penyakit stunting di Indonesia menggunakan Google Data Studio dengan lima indicator, yaitu tingkat asupan gizi anak, sanitasi kesehatan yang layak, fasilitas kesehatan di Indonesia, penggunaan BPJS, dan Pendapatan Perkapita Daerah, sehingga dapat mengetahui factor-faktor apa saja yang menjadikan tingginya penyakit stunting pada anak di Indonesia yang mencapai sekitar 27,7 % dan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya orang tua atau tenaga kesehatan agar dapat lebih aware terhadap penyakit ini, sehingga diharapkan presentase penyakit stunting di Indonesia bisa menurun.
Berikut merupakan link dari dashboard yang sudah dibuat  Dari dashboard tersebut, terdapat lima rekomendasi yang diberikan, diantaranya :
- Ketersediaan fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan stunting di provinsi tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan jumlah fasilitas kesehatan di provinsi dengan persentase stunting yang tinggi.
- Ketersediaan sanitasi yang layak berpengaruh terhadap perkembangan stunting di provinsi tersebut, semakin baik sanitasi dapat menurunkan angka stunting. Berdasarkan hal tersebut, provinsi dengan persentase stunting yang tinggi membutuhkan tambahan sanitasi yang layak.
- Jumlah pengguna BPJS tidak mempengaruhi jumlah penderita stunting, pada data visualisasi semakin banyak pengguna BPJS maka semakin sedikit penderita stunting. Dengan demikian provinsi dengan angka stunting yang tinggi dapat meningkatkan jumlah pengguna BPJS di provinsi tersebut, sehingga banyak masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari kartu BPJS.
- Faktor pendapatan masing-masing provinsi juga berpengaruh terhadap jumlah penderita stunting, provinsi dengan pendapatan perkapita tinggi cenderung memiliki jumlah penderita stunting yang rendah dan provinsi dengan pendapatan perkapita rendah memiliki jumlah penderita stunting yang tinggi.
- Faktor asupan gizi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penderita stunting di suatu provinsi. Hal ini terlihat, di provinsi yang nilai asupan gizinya cukup tinggi, namun masyarakat perlu menjaga gizi makanannya.
Dari progam Studi Independen yang diikuti ini maka dapat dikonversi sebanyak 20sks, dan setelah selesai mengikuti kegiatan studi independen di Generasi GIGIH 2.0 ini, maka kita juga akan mendapatan sertifikat seperti berikut
Selanjutnya, melalui tulisan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI yang sudah menyelenggarakan progam Kampus Merdeka yang luat biasa ini, juga untuk Yayasan Anak Bangsa Bisa dan GOTO yang telah mengaadakan program Generasi GIGIH yang sangat bermanfaat.
Generasi GIGIH – Lampaui Batasmu!
Referensi :
Website Generasi Gigih. 2022. Available on https://www.anakbangsabisa.org/generasi-gigih/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H