Mohon tunggu...
devi nur anggraini
devi nur anggraini Mohon Tunggu... -

mahasiswa pendidikan sejarah UNY angkatan 2012, saat ini masih menempuh kuliah semester 3 di universitas tersebut, menulis dan membaca adalah dunia saya :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi

13 September 2013   11:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:57 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jari-jariku Menari

Terbiaskan angan dari celah mata,

Semakin sayu aku berpijak dan lelah menatapnya,

Sedikit pening kepala mengganggu,

Jari ku menari diatas kotak kecil hitam,

Yang menghasilkan pikiran, bukan jawaban

Gemercik hujan dengan riang terpukau menanti aku pulang,

Sebentar lagi..

Kehalusan nurani menyambutku perlahan,

Dan terlelap mencari mimpi tuk gambari,

Dalam angan, aku terpaut pada hujan semalam

Sebuah dentuman keras menghancurkan memori,

Aku lelah menyuarakan hati, karena ia tak mengerti

Lalu aku menutup lembar putih yang ku jadikan hitam,

Dan kembali mencari sebuah kepastian,,

Jari-jariku menari

18 Apr. 13

Mimpi Itu Ada..

Hanya memandang dari selembar kertas usang,

Yang tertempel didinding kamar,

Terlihat biru tua semasa muda,

Kini bercak coklat menetes hingga kemana,

Sudah terlalu lama menunggu,

Tapi tak bosan untuk mengadu,

Sebuah perasaan yang tercipta lama,

Entah cinta atau hanya narasi semata,

Terlahir dalam bait-bait indah,

Mungkinkah terlaksana ??

Ambisi menggebu mencari celah warna,

Dan kini ku terdiam dalam tawa,

Yang kutatap muncul dalam nyata,

Hanya dalam bayangan tuk mengenangnya,

Suatu saat...

Saat aku tertidur dan ku bangun menemukannya,

Mimpi itu ada...

INDONESIA-ku !

Apa yang bisa aku lakukan ?

Hanya diam kah ?

Masih merahkah darahmu, masih putihkah tulangmu ?

Apa itu hanya lagu gurauan ?

Serasa semakin menyesakan, memandangmu

Negeri nan hijau tertindih hitamnya kubangan

Mengapung jutaan sampah moral yang terbungkam

Tikus-tikus besar mulai berbau masam

Membanjiri hotel prodeo, tapi hanya ilusi

Katanya negeri hukum ?,

Atau negeri para tikus??

Katanya berkata “TIDAK” ?

TIDAK untuk berhenti ?

Benar-benar memalukan !!

Masih berlakukah kata nasionalisme ?

Dimana mereka bersembunyi, ketika terjajah ?

Apa mereka diam untuk berencana ?

Ah, mungkin aku yang memulai melawan

Lalu mereka mengikutiku dibelakang,

Bukan dengan senjata, dengan identitas aku membawanya,

INDONESIA !!!

Dari mata kananku berbicara,

Indonesiaku masih putih,

Negeri kepulauan yang terhampar ladang kemakmuran,

Ikan-ikan masih mendiami karang,

Ditengah kesederhanaan, bangsanya masih tertawa lugu

Jiwanya menyatu dalam alam INDONESIA-ku !

23 Desember 2012

deevii

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun