Darah adalah salah satu bagian paling penting dalam tubuh manusia, mengingat perannya dalam mengangkut oksigen dan nutrisi dalam tubuh kita. Darah terdiri dari 3 bagian yaitu plasma darah, sel darah, dan keping darah atau seringkali disebut trombosit. Sel darah sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu sel darah putih atau leukosit dan sel darah merah atau  sering disebut eritrosit.
Ketika seorang perempuan hamil, terdapat kemungkinan bahwa tipe darah yang dimiliki oleh janin tidak cocok dengan tipe darah yang dimiliki oleh perempuan hamil tersebut. Ketidakcocokan tipe darah ini menyebabkan sebuah kondisi atau penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis, dimana leukosit dari sang ibu menyerang sel darah merah dari janin yang dianggap sebagai benda asing. Kondisi ini dapat dicegah dan diatasi. Semakin cepat kondisi ini terdeteksi, maka tindakan pencegahan yang tepat juga dapat diambil sehingga kelahiran sang janin dapat berjalan dengan lancar. Tetapi sebaliknya, bila kondisi ini tidak ditangani dengan baik, maka dapat mengancam nyawa janin yang dikandung.
Ada dua kemungkinan penyebab eritroblastosis fetalis, yaitu ketidakcocokan golongan darah, serta ketidakcocokan rhesus antara ibu dan janin.
Terdapat 4 jenis golongan darah manusia yaitu A, B, O, dan AB. Pembeda dari 4 jenis golongan darah ini adalah ada tidaknya antigen pada membran sel darah merah. Golongan darah A adalah golongan darah yang memiliki antigen A pada membran sel darah merah, sedangkan golongan darah B memiliki antigen B, golongan darah O tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB memiliki antigen A dan B.
Selain antigen A dan B, terdapat pula antigen sel darah yang disebut Rh-D yang menentukan jenis rhesus yang dimiliki oleh manusia. Terdapat dua jenis rhesus yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Rhesus positif artinya terdapat antigen Rh-D pada membran sel darah merah dan rhesus negatif artinya tidak terdapat antigen Rh-D pada membran sel darah merah.
Ketidakcocokan janin dan ibu yang diakibatkan karena ketidakcocokan golongan darah seringkali ditemui, namun reaksi pertahanan yang dilakukan oleh tubuh ibu tidak berdampak besar pada janin.
Ketidakcocokan janin dan ibu karena ketidaksesuaian rhesus berdampak cukup besar dan dapat membahayakan keadaan janin. Eritroblastosis fetalis akibat ketidaksesuaian rhesus terjadi ketika ibu memiliki rhesus negatif dan janin memiliki rhesus positif.
Lalu, apakah bila ibu memiliki rhesus positif dan janin memiliki rhesus negatif tidak terjadi eritroblastosis fetalis? Jawabannya adalah ya. Apabila ibu memiliki rhesus positif dan janin memiliki rhesus negatif, maka eritroblastosis fetalis tidak akan terjadi karena antibodi yang dimiliki oleh ibu tidak menyerang sel darah merah yang dimiliki oleh janin. Tetapi, tidak terjadi eritroblastosis fetalis bukan berarti tidak memberi efek pada ibu. Apabila kita lihat secara lebih mendalam, bila janin memiliki rhesus negatif artinya janin akan menganggap RhD yang dimiliki ibu sebagai antigen. Hal ini akan berakibat pada terbentuknya antibodi (anti Rh-D) pada tubuh janin untuk menyerang eritrosit ibu yang memiliki Rh-D pada membrannya. Tetapi, hal ini tidak berbahaya karena pembentukan antibodi pada tubuh janin memerlukan waktu yang cukup lama sehingga hanya ada sedikit antibodi yang terbentuk untuk melawan eritrosit ibu.
Tetapi, sebaliknya apabila ibu yang memiliki rhesus negatif dan janin memiliki rhesus positif maka hal ini akan membahayakan janin serta ibu. Ketika darah dari janin yang mengandung antigen Rh-D masuk ke dalam sistem peredaran darah ibu. Antigen Rh-D pada janin akan memicu terbentuknya antibodi oleh tubuh ibu. Antibodi yang telah dibentuk ini akan masuk ke dalam sistem peredaran darah janin dan  menyerang sel darah merah janin.
Meskipun demikian, sangat jarang dijumpai terjadinya kondisi ini pada kehamilan yang pertama. Hal ini dikarenakan jumlah dari Rh-D janin yang masuk ke dalam sistem peredaran darah ibu tidak cukup banyak untuk memicu pembentukan antibodi dalam jumlah banyak.
Kemungkinan terjadinya eritroblastosis akan meningkat pada kehamilan kedua karena tubuh ibu sudah merekam memori akan antigen Rh-D sehingga pembentukan antibodi untuk melawan Rh-D tersebut juga akan berlangsung dengan lebih cepat dan berakibat pada terbentuknya banyak antibodi yang dapat merusak eritrosit janin. Karenanya, ibu yang memiliki ketidakcocokan rhesus dengan janinnya hanya mampu memiliki anak satu hingga maksimal 2, karena anak ketiga dan seterusnya kemungkinan besar dapat meninggal akibat eritroblastosis fetalis.