Seringkali kita dengar mengenai terapi penyembuhan yang menggunakan stem cell atau sel punca untuk mengatasi berbagai penyakit seperti hepatitis, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Banyak peneliti yang meyakini bahwa sel punca dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan atau organ tubuh. Sebenarnya, mengapa sel punca bisa memperbaiki jaringan tubuh? Apakah sel punca dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit jantung? Apa saja efek samping yang diakibatkan oleh penggunaan sel punca sebagai sarana penyembuhan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu apa itu sel punca.
Sel punca adalah sel-sel dasar pembentuk jaringan tubuh yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki, membentuk, dan memulihkan jaringan tubuh. Karena itu, bisa dikatakan bahwa sel punca adalah ibu atau induk dari seluruh sel, karenanya seringkali sel punca disebut sebagai sel induk atau stem cell. Sel punca atau stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi sehingga memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel.Â
Namun, sel punca ini mampu untuk memperbaharui diri dengan pembelahan secara terus menerut bahkan setelah mengalami masa istirahat atau tidak aktif dalam jangka waktu lama. Hasil pembelahan sel punca dapat tetap menjadi sel punca ataupun mengalami diferensiasi menjadi sel lain yang lebih khusus, seperti sel otot atau sel darah. Ketika ada penyakit atau kerusakan tertentu, jaringan yang mengalami kerusakan akan mengirimkan sinyal tertentu, lalu stem cell akan memberi respon pada sinyal tersebut dan kemudian berdiferensiasi menjadi sel spesifik yang diperlukan dalam proses perbaikan atau penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan tersebut. Karena itulah, sel punca dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit atau kerusakan pada jaringan tubuh.
Secara garis besar, berdasarkan asalnya terdapat dua tipe sel punca pada kelompok mamalia yaitu embryonic stem cell dan adult stem cell. Embryonic stem cell atau dalam bahasa Indonesia disebut sel punca embrionik adalah sel punca yang terdapat pada embrio terkhusus pada fase blastosit, ketika embrio berusia 3-5 hari. Sedangkan adult stem cell dalam bahasa Indonesia disebut sel punca dewasa yaitu sel punca yang terdapat diantara jaringan tubuh yang sudah dewasa. Pada tahap embrio, sel punca dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Pada organisme dewasa, sel punca akan digunakan untuk memperbaiki kerusakan pada tubuh.
Sel punca embrionik biasanya diambil dari sisa embrio yang tidak terpakai dan memiliki sifat pluripotent dan mampu berdiferensiasi menjadi jaringan-jaringan tubuh yang berasal dari lapisan embrionik yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Sel punca embrionik akan mengalami perkembangbiakan yang cepat sebelum nantinya menjadi sel punca dewasa.Â
Sel punca embrionik ini lebih mudah untuk dikultur dalam laboratorium. Tetapi, penggunaan sel punca embrionik sebagai sumber terapi akan memerlukan waktu lama untuk menjadi sel dengan jenis yang diinginkan serta kemungkinan terjadi penolakan oleh sistem pertahanan tubuh lebih besar.
Sel punca dewasa dapat kita peroleh pada tulang belakang, jaringan lemak, jaringan darah, dan jaringan dewasa lainnya. Sel punca dewasa memiliki potensi membelah yang lebih sedikit daripada sel punca embrionik. Meskipun demikian, dalam penerapannya penggunaan sel punca dewasa akan membutuhkan lebih sedikit waktu serta resikonya juga lebih rendah terutama bila menggunakan sel punca dewasa yang bersumber dari pasien itu sendiri.Â
Sel punca dewasa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sel punca hematopoietik (HSCs) dan sel punca mesenkimal (MSCs). Sel punca hematopoietik dapat ditemukan di tali pusat, darah perifer, ataupun sumsum tulang. Sedangkan sel punca mesenkimal ditemukan di jaringan adiposa, jaringan otot, jaringan tulang, jaringan kulit.
Berdasarkan potensi membelahnya, sel punca dibagi menjadi empat jenis yaitu sel punca ber-totipotensi yang memiliki potensi membelah menjadi semua jenis sel dan dapat membentuk organisme baru (diperoleh dari sel punca embrionik), sel punca ber-pluripotensi yang dapat membelah menjadi semua jenis sel tetapi tidak dapat membentuk organisme baru, sel punca ber-multipotensi yang berpotensi membelah menjadi beberapa jenis sel, dan yang terakhir sel punya ber-unipotensi yang memiliki potensi membelah hanya menjadi satu jenis sel.
Penggunaan sel punca sebagai sarana penyembuhan di berbagai negara memiliki sistem yang berbeda. Di Indonesia, sel punca yang digunakan berasal dari tubuh pasien sendiri. Sedangkan di Jerman dan Australia, sel punca yang digunakan berasal dari sel hewan seperti kelinci, rusa, domba, atau kanguru. Berbeda lagi dengan di China yang memperbolehkan untuk mengambil materi sel punca dari janin yang telah sengaja digugurkan, mengingat adanya kebijakan jumlah anak di negara tirai bambu tersebut.
Meskipun dengan asal materi sel punca yang berbeda-beda, cara memasukkan sel punca ke dalam tubuh manusia sebagian besar adalah dengan menggunakan alat perantara sehingga sel punca dapat langsung mencapai jaringan target. Apabila sel punca dimasukkan dengan menggunakan cara infus seperti transfusi darah, maka kemungkinan sel punca tidak mencapai target menjadi makin besar. Hal ini dikarenakan sifat sel punca yang akan langsung mendekati lokasi dimana terdapat kerusakan untuk dapat diperbaiki, maka tentunya akan selalu ada kemungkinan sel punca akan habis sebelum mencapai lokasi target yang diinginkan.