Mohon tunggu...
Devina Caysarrita Nurazizah
Devina Caysarrita Nurazizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Communication Science UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Greschinov: Komandan Gerakan "Julid Fi Sabilillah" di Media Sosial

11 Desember 2023   17:02 Diperbarui: 11 Desember 2023   17:19 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di era yang serba modern saat ini, media sosial bukan lagi menjadi sesuatu hal yang asing untuk sebagian besar masyarakat. Media sosial saat ini menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk mendapatkan informasi dan menyebarluaskan informasi hanya dengan mengakses internet saja. Ditambah lagi, berbagai informasi yang terunggah di media sosial dapat dengan cepat trending dan seringkali menuai kontroversial, sehingga banyak masyarakat yang tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui informasi tersebut. Dengan kekuatan media sosial itulah, hampir seluruh masyarakat menggunakan media sosial untuk mendapatkan hingga menyebarluaskan informasi, baik itu informasi umum maupun pribadi.

Tidak jarang, media sosial mendapatkan anggapan buruk karena hanya akan menjadi fasilitas untuk menyebarkan informasi-informasi yang sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akan tetapi, akhir-akhir ini media sosial menjadi salah satu fasilitas yang tepat untuk memulai kampanye digital, salah satunya adalah gaungan gerakan “Julid fi Sabilillah” yang saat ini trending di Twitter. Gerakan ini disimbolkan sebagai bentuk dukungan netizen Indonesia kepada Palestina yang baru-baru ini mendapatkan serangan brutal dari tentara-tentara Israel. Walaupun gerakan tersebut hanya bermodalkan akun media sosial dan akses internet saja, namun telah memberikan hasil positif yang signifikan. Beberapa target akun media sosial sasaran berhasil untuk ditumbangkan. Melihat fenomena ini, hampir seluruh masyarakat mulai melirik media sosial memberikan manfaat yang baik dan menjadikan salah satu sarana yang tepat untuk memberikan suara dukungan kepada kelompok tertentu.

Sebagaimana menurut pemaparan Shoemaker dan Resse, bahwasanya media sosial saat ini menjadi saluran aspirasi yang selalu akan dipilih oleh masyarakat, karena media sosial cenderung memiliki ruang lingkup tanpa batas sama sekali. Sehingga, dampak yang akan dihasilkan pada sebuah pemberitaan, tentu penyebarannya akan meluas dengan cepat dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Persis pada fenomena yang terjadi belakangan ini, yakni fenomena gerakan “Julid Fi Sabilillah”. Gerakan Julid fi Sabilillah merupakan salah satu gerakan dukungan kata-kata dari netizen Indonesia dan Malaysia kepada rakyat Palestina yang saat ini tengah menghadapi serangan brutal dari tentara Israel.

Gerakan ini muncul pertama kali dari akun Twitter Erlangga Greschinov (@Greschinov) yang dikomando juga untuk memerangi berbagai propaganda yang kerap dilakukan oleh Zionis di media sosial, seperti membangun opini sesat dan menyebarluaskan foto keseharian mereka saat menyerang Palestina. Hal tersebut tentunya membuat geram netizen di seluruh dunia, khususnya netizen Indonesia. Maka dari itu, gerakan ini dibuat tidak lain hanya untuk menjatuhkan mental dan moral tentara Israel dengan menggunakan komentar-komentar pedas.

Munculnya kalimat “Julid fi Sabilillah” sebenarnya berasal dari plesetan kata “Jihad fi Sabilillah” di mana yang berarti berjuang di Jalan Allah. Maka kalimat “Julid fi Sabilillah” memiliki arti berjuang dan memberikan dukungan di Jalan Allah lewat kata-kata. Dalam gerakan ini, Greschinov tidak menjalankannya begitu saja, akan tetapi membutuhkan strategi dan aturan khusus untuk melakukannya tahap demi tahap. Terdapat dua strategi utama dalam gerakan “Julid fi Sabilillah”, yakni netizen Indonesia dan Malaysia melakukan secara persuasif dan trolling. Lebih jelasnya, netizen Indonesia dan Malaysia melakukan serangan masif via digital dengan cara persuasif yakni membeberkan fakta asli mengenai situasi dan kondisi Palestina. Selain itu, netizen juga melakukan serangan-serangan ekstrim melalui hujatan, meneror, hingga meretas akun tentara Israel (IDF) tersebut.

Dalam tindakan ini, Greschinov memerintahkan kepada seluruh warganet untuk tidak membawa narasi antisemit, seperti Holocaust, NAZI, Hitler, dan lain-lain dikarenakan seluruh warganet hanya akan memerangi kebrutalan Israel saja, bukan memerangi ras Yahudi. Apabila terdapat sebagian kecil warganet yang ketahuan menyangkutpautkan narasi antisemit, maka bisa dipastikan warganet tersebut akan ‘dirujak’ oleh sesama warganet Indonesia dan Malaysia. Sebagaimana postingan @Greschinov di akun Twitternya :

Kalau ada orang Yahudi pro-Palestina yang gak salah apa-apa lo serang juga, lo bukan bagian dari Julid fi Sabilillah” ungkap Greschinov

Menurut Erlangga Greschinov yang menjabat sebagai komandan gerakan “Julid Fi Sabilillah” strategi bisa dikatakan berhasil apabila: (1) sasaran target akun hilang dari media sosial; (2) sasaran target akun berhasil diretas; (3) sasaran target akun berhasil berubah menjadi mode privasi bahkan menutup kolom komentarnya; (4) dan yang terpenting adalah sasaran target akun tersebut berhasil meminta maaf karena kewalahan dalam mengelola mental dan emosinya.

Dari berbagai aturan dan strategi yang diluncurkan oleh komandan Greschinov, rupanya kekuatan media sosial berhasil dalam melemahkan moril Israel hingga memperkuat narasi pro-Palestina di dunia maya, seperti Twitter, Instagram, dan lain sebagainya. Tidak sedikit akun para tentara Israel (IDF) tumbang akibat serangan via digital yang dilakukan oleh netizen. Hal tersebut dikarenakan banyaknya serangan via digital yang dilakukan oleh netizen gerakan Julid fi Sabilillah. Harus diakui, netizen Indonesia sangat kreatif menangani hal tersebut ditambah lagi dengan adanya media sosial yang saat ini merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menyebarluaskan sebuah informasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun