Mohon tunggu...
Devina Alifianti
Devina Alifianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Intern Marketing Officer at Widya Security

Saya seorang mahasiswa yang memiliki ketertarikan dibidang marketing dan copywriting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Phising di Telegram: Apakah Berbahaya untuk Perusahaan?

8 Mei 2024   16:43 Diperbarui: 8 Mei 2024   16:49 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Serangan phishing kian meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan IDADX tahun 2023, terdapat 65.125 laporan serangan phishing di Indonesia. Terlebih lagi dengan teknologi yang berkembang, menyebabkan meningkatnya serangan siber yang dapat menyerang siapa saja termasuk karyawan. Serangan phising bertujuan untuk mencuri informasi sensitif dengan mengklik tautan berbahaya. Salah satu contohnya adalah serangan phishing yang terjadi melalui pesan yang dikirimkan oleh penyerang melalui grup ilegal di Telegram. 

Karyawan rentan menjadi korban serangan phishing, yang merupakan pintu masuk bagi penyerang untuk mengakses data sensitif perusahaan. Karyawan sering kali bergabung dengan grup Telegram tanpa menyadari risikonya, kelalaian ini dapat menyebabkan karyawan mengklik tautan yang tidak sah yang dikirimkan oleh penyerang melalui grup Telegram, sehingga memungkinkan penyerang untuk dengan mudah mengakses data pribadi dan perusahaan.

"Kelalaian karyawan dalam menggunakan Telegram dapat menjadi bumerang bagi perusahaan, karena meskipun perusahaan menggunakan sistem keamanan yang baik, jika karyawannya kurang waspada, celah keamanan akan tetap ada" Ungkap Alwy Herfian Satriatama selaku CEO Widya Security.

Dalam pengaturannya, Telegram memang memberikan akses untuk memasukan orang ke dalam grup tanpa izin dari orang yang bersangkutan. Hal ini bisa terjadi meskipun orang yang diundang maupun orang yang mengundang tidak saling kenal sebelumnya. Fitur ini, meskipun pada dasarnya memfasilitasi komunikasi dan pertukaran informasi antara pengguna, juga membuka celah potensial bagi penyalahgunaan dan penipuan. 

Alwy juga menekankan karyawan perlu meningkatkan kesadaran akan perlindungan siber agar mereka dan perusahaan dapat bekerja sama dalam mencegah serangan siber. Meningkatnya kesadaran akan perlindungan siber juga membantu dalam membangun ikatan kerja tim yang kuat, di mana setiap anggota tim merasa bertanggung jawab atas keamanan siber perusahaan.

Selain itu, karyawan dapat meningkatkan proteksi keamanan akun perusahaan, tidak hanya akun Telegram, namun seluruh akun media sosial perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan fitur keamanan yang disediakan oleh Telegram, seperti verifikasi dua faktor (2FA) dan penggunaan kata sandi yang kuat. Karyawan juga dapat mengikuti cyber security training untuk meningkatkan kesadaran akan keamanan siber. Dengan langkah-langkah ini, karyawan dapat meningkatkan lapisan perlindungan mereka terhadap potensi serangan cyber dan menjaga keamanan akun Telegram milik perusahaan dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun