Dunia bukanlah tempat bersemayam suatu kesempurnaan itu berada. Tak akan ada sesuatu yang benar-benar sempurna di dunia, akan selalu ada hitam diantara putih, akan selalu ada baik diantara buruk.Â
Begitu pula kehidupan yang tak akan pernah mendapatkan kesempurnaan, yang mana hanya berisi tawa riang dan kebahagian. Seluruh emosi akan seimbang tersebar dalam satu waktu kehidupan. Aku sungguh yakin untuk kali ini semua orang akan setuju padaku tentang bagaimana kehidupan tak pernah berjalan sempurna, semua orang pasti akan setuju, tanpa terkecuali.
Semesta selalu mengizinkan segala hal dalam hidup seimbang agar segalanya terasa lebih bermakna. Kehidupan akan selalu memberikan pelajaran berharga pada tiap insan.Â
Pengalaman kehidupan tiap orang akan selalu berbeda dan memberikan makna hidup yang berbeda pula. Begitupun aku yang yang hidup dalam keluarga sederhana, mereka selalu mengajarkanku tentang bagaimana memaknai kehidupan secara sederhana dan berarti. Tetapi dibalik hadirnya suatu pelajaran yang berharga, akan selalu datang ujian yang menimpa sebagai bentuk tahap pembelajaran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Ujian ataupun masalah akan selalu menghantui hidup, karena itulah sesungguhnya kehidupan ada.
Sebagai orang yang hidup dengan normal, sudah pasti masalah akan selalu menghantui, tetapi dibalik itu hal yang tak sabar untum kudapatkan adalah pelajaran berharganya. Karena dimanapun mencari, tak akan pernah menemukan pelajaran seberharga kehidupan. Aku sdndiri akan mulai menceritakan beberapa pelajaran berharga tersebut melalui kisahku sendiri yang dimulai pada masa sekolah dasar. Masa kanak-kanak yang seharusnya dipenuhi dengan tawa riang tanpa beban, rasanya tak pernay benar-benar ku rasakan pada masanya. Tidak ingin melebih-lebihkan apapun, tetapi kondisiku tak pernah baik-baik saja kala itu.
Menjadi siswa korban perundungan (atau dapat dikatakan pula sebagai pembullyan) tentu akan selalu meberikan bekas pada memori yang tak akan pernah hilang. Jikalau diriku yang sekarang disuruh untuk mengingat diriiu pada masa itu, aku tidak akan dengan mudah mengakui bahwa aku adalah korban bullying pada masanya. Selain itu bukanlah hal yang mudah untuk dibicarakan, tetapi juga menjadi prinsip diri tentang jangan pernah merasa sebagai korban. Sebenarnya perundungan yang aku alami sendiri lebih kepada bentuk-bentuk verbal seperti hinaan ataupun celaan. Tetapi hal yang paling menyakitkan terjadi ketika segala hal dramatis tersebut sempat membuatku sulit dan tidak mendapatkan teman di sekolah.
Kebanyakan dari ejekan-ejekan yang kuterima itu tak pernah jauh dari fisik. Hal yang menyakitkan ketika aku mengetahui fisik yang mereka hina itu tak pernah bisa aku ubah, selain itu aku juga tak pernah diberikan takdir tentang bagaimana rupa yang sebenarnya kuinginkan. Mereka sering menghina karena aku terlihat tak secantik itu, dengan mata yang lebar dan ekspresi wajah yang selalu minta dikasihani, lucu sekali. Bahkan satu-satunya hal yang membuatku masih sempat berani melawan mereka adala tinggi badanku yang tergolong tinggi pada anak-anak seusiaku, itu pun kalau aku ingat bahwa aku masih memiliki hal lebih dari yang mereka miliki.
Ejekan-ejekan tersebut tak berhenti hanya dari fisik, tetapi merambah pada hal-hal lainnya, mulai dari keluargaku, hingga hal apapun yang aku senangi akan selalu dianggap buruk oleh mereka. Terkadang aku sadar mereka hanya iri kepadaku, tetapi sejak mereka semakin berkomplot untuk membenciku hingga tak memiliki teman, aku mulai sedikit merasa muak.Â
Tak jarang pula aku lari ke kamar mandi sekolah hanya untuk menangis ataupun mencakar/melukai diri sendiri. Hal terburuk dari itu semua adalah pikiran yang selalu menghantuiku untuk membunuh mereka ataupun membunuh diriku sendiri, rasanya kalau diingat sekarang hal-hal tersebut akan terdengar sedikit lucu. Akan tetapi  pada saat itu aku tak pernah menceritakan apapun kepada siapapun, karena saat itu aku selalu merasa dunia tak pernah tentang diriku saja.
Setidaknya hal-hal yang kualami dahulu dapat memberikanku banyak pengalaman beserta pelajaran yang berharga. Karena hal tersebut dapat membuatku memiliki hobi menulis, sehingga segala emosiku selalu tertuang pada barisan puisi-puisi yang kurasa dapat membuatku waras hingga detik ini.Â
Selain itu, jika aku tak pernah mengalami masa sulit itu, aku tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya berjuang pada kehidupan sosial. Karena setelah aku lulus dari SD, lalu memasuki bangku SMP hingga pada tingkat-tingkat pendidikan selanjutnya, aku selalu berusaha keras agar diterima secara sosial. Lebih tepatnya aku belajar bersosialisasi dengan lebih baik.