Beberapa tahun terakhir kegiatan menggambar dan mewarnai tak lagi hanya menjadi milik anak-anak, namun juga para orang dewasa dari berbagai tingkatan usia. Begitu banyak yang ingin mencoba kegiatan mewarnai yang disebut-sebut dapat berfungsi sebagai penghilang stress dan rekreasi mental, bahkan membantu menciptakan kondisi emosi yang positif. Buku-buku mewarnai untuk orang dewasapun banyak tersedia di toko buku. Faber-Castell sebagai produsen alat tulis tertua di dunia-pun turut serta mendukung kegiatan ini dengan menyediakan gift set coloring for adult yang berisi buku mewarnai dan connector pen untuk mereka yang ingin mencoba sensasi positif kegiatan mewarnai.
Saya sebagai ibu juga sering menghabiskan waktu untuk mewarnai, menggambar, atau kegiatan seni lainnya bersama anak laki-laki saya. Awalnya memang hanya dilakukan sepintas lalu, namun lama-lama kegiatan ini makin mengasyikkan, dan pada akhirnya saya menyadari satu hal: kegiatan menggambar dan mewarnai bersama itu juga menguatkan bonding antara kami. Sepanjang kegiatan menggambar, kami bercerita tentang banyak hal dengan fokus, hangat, dan merasakan sensasi menyenangkan ketika menyelesaikan gambar bersama-sama. Seringkali saya menggali cerita-cerita yang belum  diceritakannya dalam keadaan biasa, mungkin karena merasa rileks diapun bercerita dengan riang tanpa beban. Saya juga bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk menyelipkan nilai-nilai kesabaran dan ketelatenan pada anak.
Bagi sebagian besar orang, seni merupakan proses kreatif dengan hasil akhir berupa karya yang mengandung nilai estetika. Namun di tangan para ahli ilmu jiwa, seni ternyata juga bisa berfungsi sebagai media yang menyembuhkan para penyandang gangguan jiwa. Terapi seni telah mulai dikembangkan sejak tahun 1940-an dan masih terus digunakan hingga saat ini. Terapi seni merupakan kegiatan seni yang dilakukan seorang pasien dengan bantuan terapis, bentuknya bisa berupa menggambar/ melukis, bermain musik, maupun membuat seni kriya. Tujuan dari terapi seni bukan berfokus pada hasil karya yang indah atau untuk mengasah bakat seni seseorang, tapi lebih ditujukan pada proses pelepasan beban mental dan memahami permasalahan yang dialami pasien.
Terapi seni bisa diberikan untuk mendampingi farmakoterapi bagi penyandang gangguan jiwa seperti penyandang skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan depresi, hingga pelaku penyalahgunaan narkotika. Para penyandang gangguan jiwa biasanya mendapatkan serangkaian terapi yang berupa terapi obat-obatan, terapi sosial, dan psikoterapi [terapi kejiwaan]. Dalam terapi sosial, penyandang skizofrenia dilatih untuk bersosialisasi, menjalin hubungan, dan berkomunikasi dengan lingkungan. Sedangkan psikoterapi merupakan terapi  untuk memperbaiki kondisi kejiwaan, salah satu bentuknya adalah terapi seni. Salah satu bentuk terapi seni yang paling sering digunakan untuk penyandang gangguan jiwa adalah menggambar.
Penyandang skizofrenia umumnya mengalami delusi dan halusinasi, sulit membedakan khayalan dengan kondisi nyata, serta kesulitan berkomunikasi. Karena komunikasi secara verbal seringkali sulit dilakukan, maka komunikasi melalui gambar ini menjadi sangat signifikan. Melalui hasil gambarannya, penyandang skizofrenia bisa 'bercerita' pada terapis mengenai apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Pada tahap awal, hal ini sangat membantu terapis untuk menggali permasalahan dan emosi yang terpendam. Lalu pada tahap selanjutnya, gambar berfungsi sebagai 'raport' yang melaporkan sejauh mana hasil dari perkembangan terapi. Gambar yang dibuat oleh penyandang skizofrenia biasanya abstrak, tidak memiliki pola jelas, tumpang tindih, gambar pola dasar seperti lingkaran dan persegi, serta menggunakan warna-warna suram. Gambar ini merupakan representasi dari pemikiran dan perasaan mereka yang tidak mampu mengolah peristiwa emosional dengan semestinya.
Gambar juga dapat digunakan sebagai alat untuk menumpahkan emosi dan perasaan yang terpendam dan bersembunyi di alam bawah sadar karena pikiran-pikiran tersebut berbenturan dengan norma sosial. Selama kegiatan menggambar, gumpalan-gumpalan emosi yang terepresi itu akan diangkat ke permukaan dan diuraikan secara positif melalui gambar-gambar yang dibuat oleh penyandang skizofrenia.
Seni mungkin memang tak bisa menjanjikan kesuksesan besar secara langsung, tapi seni memberikan warna pada setiap langkah yang menjadikan orang-orang lebih menikmati proses menuju kesuksesan besar. Bukan hanya memberikan kebahagiaan untuk orang-orang sehat, seni juga menemani teman-teman kita yang berjuang menyembuhkan dirinya. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa seni itu bermanfaat untuk semua orang. Menilik begitu besarnya manfaat seni, Faber-Castell turut mendukung semua golongan masyarakat untuk berkreasi seni agar mendapatkan segudang manfaat melalui slogannya, art4all atau seni untuk semua.
Salah satu bentuk dukungan Faber-Castell adalah dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan dan program yang berkaitan dengan seni dan kreativitas sejak tahun 2000. Misalnya, Faber-Castell memfasilitasi ribuan tenaga pengajar di seluruh pelosok negeri  untuk mendapatkan workshopguru yang bertema kesenian dan pelatihan berfikir kreatif. Diharapkan agar para guru dapat menularkan kemampuan yang didapatkan selama workshopkepada murid-muridnya sehingga bibit-bibit kreativitas dalam diri anak-anak akan terus terasah hingga dewasa, baik itu di rumah maupun di sekolah. Faber-Castell juga menyelenggarakan berbagai lomba mewarnai untuk anak-anak, workshop kreasi barang-barang DIY [do it yourself] bagi para pelajar dan orang dewasa muda, connectorpen challenge untuk meningkatkan kualitas waktu bersama keluarga, dan merekomendasikan kegiatan mewarnai untuk kelompok lanjut usia [lansia]. Dengan melakukan berbagai macam aktivitas seni dan kreativitas, masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang kreatif dan solutif.