Saya rasa tidak ada pengusaha bisnis yang mengeluh karena adanya badai pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia saat ini. Hampir segala sektor terkena imbas, bermula dari penurunan penjualan, kuantitas produksi yang menurun, nilai pendapatan bahkan tidak mencapai nilai Break Event Point (BEP). Sehingga dampak tersebut menjadi opsi yang harus diambil oleh pemilik bisnis, yaitu langkah pengurangan biaya tetap, atau fixed cost, salah satunya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) karyawan.
Tidak pandang bulu, bahkan para pemilik bisnis sebesar apapun dapat menutup beberapa cabang dan menerapkan kebijakan PHK. Tidak peduli seberapa lama mereka telah menjalankan bisnis mereka, jika tidak bisa membuat alih strategi, akan tenggelam dalam derasnya arus cobaan bisnis pada masa badai pandemi ini.
Sate Ratu, beberapa dari beginner start up yang masih mempertahankan karyawan mereka, meskipun cobaan bisnis yang tidak terduga datang. Strategi diversifikasi produk yang merupakan adaptasi bisnis Pak Budi coba terapkan, sehingga Sate Ratu tetap bertahan dan masih membutuhkan karyawan untuk menjual produk. Tidak lupa, keterbukaan terhadap teknologi adalah kunci menghadapi pandemi ini. Karena, pemasaran digital, sistem order dan metode pembayaran yang canggih adalah sumber pendapatan bagi pemilik usaha untuk tetap mendapatkan nilai penjualan. Kedua strategi itu telah Pak Budi lakukan.
Rupanya, branding jenama yang kuat ternyata memberikan energi positif yang kuat pula untuk produk dan usaha. Bayangkan, bila Pak Budi hanya memberikan jenama berdasarkan arus kekinian, istilah unik atau mungkin terlalu sederhana? Bagaimana pelanggan bisa mengingat Sate Merah dan Lilit Merah khas Sate Ratu terlebih pada saat pandemi seperti ini?
Petuah dari Mantan Corporate General Manager (GM) dan Kini Seorang Culinary Entrepreneur
Layaknya kue hangat dari oven, sayur segar yang dipetik langsung hingga kopi yang baru diseduh, buku ini baru saja terbit pada saat badai pandemi COVID-19 melanda. Masih di awal tahun ini, buku ini sangat layak untuk referensi bagi calon dan atau entrepeneur yang merintis usaha. Meski baru memasuki tahun kelima, tetapi Pak Budi telah merasakan sejumput garam dalam mencicipi dunia bisnis, terutama kuliner. Beberapa petuah yang bisa saya ambil setelah membaca buku ini:
Dulu, bila lifestyle dan gengsi saya masih tinggi, saya pasti tidak mau membakar sate, tidak mau melayani tamu, dan sebagainya. Jadi, lifestyle tidak boleh tinggi-tinggi.Â
Mungkin berpikir realistis sesuai kemampuan adalah sebuah hal yang sangat penting.Â
Mengapa sekarang saya banyak menyarankan ke banyak orang untuk memulai binis di usia yang tidak terlalu tua, agar lebih berani dan agresif.Â
Rupanya, pada Juli 2020, Sate Ratu telah menerima customer asal Nepal yang menjadi negara ke 85 dari Nepal, yang telah mengunjungi Sate Ratu dari sekian banyak tamu dari negara-negara sebelumnya. Wuah, yang dari Pegunungan Himalaya aja sampai turun gunung ya untuk mencicipi sate? hehe
Salam hangat,