Terimakasih Kompasiana Jogja atau KJOG, yang masih menjaga kekuatan helaian tali persaudaraan dalam lingkaran komunitas untuk tetap saling berbagi cerita dan cinta meski di tempat berbeda. Dan terimakasih Pak Fabian Budi Seputro atau Pak Budi, owner Sate Ratu Yogyakarta yang telah mengirimkan sebuah buku berjudul Kok Bisa Gitu? Rahasia Memiliki Pelanggan dari 85 Negara ke Pulau Borneo, yang merupakan catatan pemikiran antar waktu sekaligus perjalanan dari seorang  culinary entrepreneur yang berani leaving a comfort zone. Luar biasa!
Bagi saya yang juga sedang dalam garis start membangun sebuah usaha, buku ini rupanya mengubah koefisiensi gagasan yang akan saya terapkan untuk bisnis yang baru saja saya rintis. Buku ini menjadi salah satu referensi bahwa dalam membuat sebuah business plan kita perlu memikirkan matang dan hati-hati, bahkan menyangkut hal detail dan kecil sekalipun yang notabene akan menjadi sebuah cikal untuk tumbunya pohon besar yang disebut bisnis itu sendiri. Bab-bab yang disajikan dalam buku ini juga sarat sekali akan peristiwa yang pasti dan mungkin akan terjadi pada setiap entrepreneur yang sedang dalam fase merintis usaha, termasuk catatan yang berisikan godaan yang dapat menggoyahkan mental seorang entrepreneur. Wah!
Pembagian Bab berdasarkan Cronological Order
Karakter pertama dari buku ini yang saya sukai adalah penyampaian cerita berdasarkan alur kejadian sang entrepreneur, Pak Budi dalam membangun usaha bisnisnya, yaitu Sate Ratu. Sehingga, bab-bab yang dijabarkan terasa sangat koheren dan pembaca seperti melihat langsung perjalanan Pak Budi jatuh bangun dalam merintis bisnis. Bahasa yang digunakan pun sangat mudah dipahami, sederhana diselingi candaan yang membuat paragraf demi paragraf berlalu begitu saja. Tentu, tak luput dari kontribusi sang editor, Pak Khun.
Dalam sejarah perjalanannya, Sate Ratu rupanya memiliki dua lompatan besar yang mengantarkannya menjadi food start up yang patut diperhitungkan dan memiliki masa depan bisnis yang cerah. Lompatan besar itu tidak datang begitu saja, bukan sekedar lucky thing. lompatan besar dimiliki karena sang pemiliki telah siap dan kesempatan datang secara bersamaan. Karena itulah, dua kali batu lompatan datang dan mampu mengubah asa. Sate Ratu berhasil berkancah di skala nasional dan bersanding dengan jenama-jenama yang legend adalah hal yang tidak terbayangkan oleh Pak Budi.
Pak Budi juga menyampaikan, sejak tahun pertama hingga kelima saat ini, Sate Ratu telah melewati pelbagai aral melintang selayaknya sebuah start up. Mulai dari manajemen produksi, pengelolaan karyawan hingga target market utama yang tak biasa, yaitu TURIS MANCANEGARA! bagaimana mungkin? oh betul, memang ada strateginya, justru sebelum membidik market domestik, Sate Ratu malah membidik para bule. Selain strategi market yang menantang, Pak Budi pun sempat melewatkan beberapa kesempatan emas yang justru berpeluang menciptakan profit yang menggiurkan, tetapi ditepis dengan suatu alasan yang sangat masuk akal, dan bisa saya katakan, itu adalah entrepreneur yang mempunyai pemikiran realitis dan tidak ambisius.
Jenama yang Bermakna
Bagian ini adalah bagian yang saya ingin sampaikan, dan menjawab pertanyaan hati saya setelah berkunjung ke Resto Sate Ratu di Jogja. Sesaat setalah menikmati hidangannya, ternyata Sate Ratu kelezatannya tidak bisa diungkapkan secara gamblang, jadi saya memutuskan membaca buku ini agar tahu dimana keistimewaan sate berkharisma ini, sesuai dengan jenama yang diberi. Kok bisa Ratu? Kok bisa gitu?
Pemberian nama Sate Ratu diputuskan oleh Pak Budi bukan tanpa alasan. Jenama itu akan menentukan life-time atau masa hidup produk itu sendiri, bukan karena kekinian dan hanya berjaya dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Sate Ratu adalah produk yang autentik, penemuan resep yang tidak secara kebetulan, dan produk yang muncul dari ide menu yang tidak biasa.
Beginner Start up yang Mencoba Survive pada Masa Badai Pandemi