Cerita salah satu pelaku industri kreatif di Yogyakarta datang dari Ibu Tunjung Pratiwi. Beliau adalah pemilik dari Abekani, sebuah usaha bidang fashion yang mengangkat kearifan lokal Yogyakarta.
Abekani, adalah produsen pembuat produk bahan kulit seperti tali kamera, tempat ponsel, laptop hingga tas.Â
Berangkat dari sekelumit perjuangan awal nan nyata. Bermodalkan 2 juta rupiah dari sang suami, Ibu Tunjung nekat untuk membuat ide bisnis yang berasal dari kerajinan tangan (Handmade).
Membuat kerajinan tangan membutuhkan skill dan kesabaran tinggi. Kekecewaan akan nilai jual yang rendah dapat mengancam produk ibu Tunjung apabila tidak dibuat dan dipasarkan dengan baik.Â
Namun, keteguhan dan keyakinan Ibu Tunjung akan produknya yang akan membawa manfaat kepada masyarakat ternyata membuahkan hasil. Ribuan pelanggan kini dikukuhkan menjadi Abekani Lovers yang terdiri dari pelanggan abekani baik dari dalam kota, luar kota yang tersebar di seluruh Indonesias, hingga luar negeri seperti Hongkong dan Qatar. Keren!
Lantas Apa makna dari adanya Abekani Lovers ini? Ya, Ibu Tunjung tidak hanya berhasil menjual produk yang membuahkan profit, melainkan mengubah pelanggan menjadi sebuah pemasar dan juga pegiat cinta produk lokal! Kekuatan Industri Kreatif inilah yang luar biasa, yaitu kearifkan lokal juga ikut terjaga.Â
Pelaku Industri Kreatif Di Yogya dan Tantangannya
Selain mengungkapkan adanya peningkatan UMKM di yogyakarta, Ibu Lucy melanjutkan ada hambatan yang mendera pelaku UMKM terutama industri kreatif di Yogyakarta. Hambatan tersebut salah satunya adalah keterbatasan tempat.
Sedangkan Bapak Ady Subagya juga membenarkan, pelaku UMKM juga mengalami hambatan khususnya dalam hal teknologi. Pelaku UMKM harus dapat melek dan sadar akan manfaat teknologi, seperti hadirnya market place dan e-commerce. Tidak hanya itu, proses packaging pada produk juga kini sangat penting.
Hambatan-hambatan itu kini harus dilihat sebagai tantangan untuk diatasi dalam rangka menciptakan industri kreatif dengan kearifan lokal yang kuat.Â