Mohon tunggu...
Devi Meilana Trisnawati
Devi Meilana Trisnawati Mohon Tunggu... Pengajar - Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Pengagum Berat Westlife. Menaruh cinta pada dunia Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bukti Karya Adiningrat, Loyalitas dan Berproses

4 November 2017   22:28 Diperbarui: 6 November 2017   08:23 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Menik dan Pengrajin Batik lainnya sedang membatik (Dok. Pribadi)

Jogja, selalu ada kekhasan untuk kota yang istimewa ini. istimewa orangnya, istimewa tempatnya istimewa karyanya. Saya menyebut segala barang dari jojga bukan "barang dari jogja" tetapi karya dari jogja. Kenapa? Pembaca kompasiana tentu tak meragukan lagi segala filosofi yang ada di jogja. Rakyat yang begitu loyal dengan raja dan tanah ningrat ini, mereka begitu kuat mempertahankan Yogyakarta sebagai daera istimewa yang berbeda dari kota-kota di Indonesia. Mereka mempertahankan jojgja dengan terus  menghasilkan karya asli dari tanah ini.

Dan salah satu karya dari tanah ningrat ini yang wajib bagi dikunjungi, dibeli dan dimiliki adalah batik. Tentu kebingungan melanda anda ketika ingin berbelanja batik yang "benar-benar" batik. Asli dan hasil goresan terbaik dari tanah ningrat ini. silahkan simak pengalaman saya bersama rekan Kompasiana Jojga alias KJOG. Berikut ini. barangkali bisa menjadi rekomendasi untuk anda!

Temukan Kekhasan Batik di Malioboro

Ketika wacana maraknya usaha ritel menutup outletnya karena pergeseran digital marketing, tidak akan berlaku untuk wilayah Malioboro. Malioboro itu tempat yang lebih dari sekedar wajib hukumnya bagi pengunjung kota Jogja. Hal tersebut juga tak akan berlaku bagi industry batik. Bagaimana bisa batik dibeli secara online? Bagi kaum yang awam mungkin bisa saja. Tapi yang paham akan filosofi batik  dan menginginkan yang terbaik tentu tidak akan main-main. Digital marketing bagi batik sebagai promosi, untuk proses transaksi saya sarankan datanglah ke butiknya. Sentuh,raba dan rasakan. Bila perlu, mintalah penjelasan dari pegawai butiknya.

Salah satu butik yang saya kunjungi adalah butik batik Adiningrat. Seperti namanya secara harfiah, adi yang berarti unggul dan ningrat yang artinya bangsawan, butik ini menyajikan kain batik kualitas tinggi. Motifnya yang dihasilkan merupakan "goresan terbaik" dari pengarajin batik dengan loyalitas tinggi. Proses yang dilalui pun panjang nan penuh makna. Tentu dengan kehati-hatian. Dan akhirnya, menghasilkan sajian batik yang dapat anda nikmati di setiap pajangan di butik Adiningrat.

Butik Batik Adiningrat

Pertama kali saya berkunjung di butik adiningrat, saya langsung disambut jajaran busana batik dari batik Adiningrat. Sama seperti kebanyakan orang yang belum sepenuhnya mengerti akan batik. Pertanyaan di benak saya : "Bagaimana membedakan batik-batik ini?". Pertanyaan saya langsung terjawab karena dengan ramah, pegawai butik sekaligus manajer marketing, Ibu Dewi dengan senang hati menjelaskan.

Butik Batik Adiningrat (Dok.Pribadi)
Butik Batik Adiningrat (Dok.Pribadi)
Menurut cara pembuatannya, batik digolongkan menjadi batik tulis, batik cap dan batik printing. Urutan tersebut juga sekaligus dikategorikan dari tingginya harga. Kain yang digunakan pun bermacam-macam. Mulai dari sutra, polyster dan lain sebagainya. Pewarna yang digunakan ada yang alami dan sintetis alias buatan.

Di lantai satu, butik ini menyajikan batik cap dan printing dengan model busana khusus wanita. Sedangkan lantai 2, menyajikan batik tulis berbahan sutra dan model busanan khusus pria. Menurut informasi, bulan Desember akan ada big sale, dengan diskon hingga 70%. Dan catatan, produk yang didiskon bukan produk cacat. Butik Batik Adiningrat mengganti karyanya setiap  6 bulan sekali. Dengan begitu, motif yang sudah terjual tidak akan diproduksi lagi. Fresh!!

Batik Tulis Jahe Selawe

Ibu Dewi segera mengajak rombongan kami untuk dapat melihat lebih jauh proses pembuatan batik Adiningrat. Beliau akan menjelaskan bagaimana awal batik dibuat dan serangkaian prosesnya. Sesaat melewati lantai satu, untuk menuju halaman depan, ada  jajaran busana batik dengan satu motif batik tulis yang cukup mencolok dibanding yang lain dan seperti "diistimewakan".

Jahe Selawe, adalah motif andalah Adiningrat. Secara sekilas saya membaca filosofi penamaan Jahe Selawe. Motif ini mempunyai ruas-ruas yang melengkung, menggambarkan karakter kuat dan terus mengalir. Terinspirasi dari jahe merupakan tumbuhan khas nusantara yang menjadi sumber pengetahuan dan juga sebagai obat tradisional. Selawe, adalah angka 25 yang penyebutannya berbeda dalam bahasa jawa. Angka 25 juga menggambarkan kematangan dan produktif.

Beragam Busana Motif Batik Jahe Selawe (Dok.Pribadi)
Beragam Busana Motif Batik Jahe Selawe (Dok.Pribadi)
Untuk setiap warna, juga memiliki makna tersendiri. Warna tanahan yang menggambarkan batik yang terlahir di bumi Yogyakarta. Lalu warna sogan coklat yang artinya kerendahan hati dan membumi. BIru dongker sebagai symbol ikhlas dan setia. Dan terakhir, kuning kunyit yang artinya ketenangan jiwa. Jahe selawe memberikan semangat alam beraktivitas.

Rumah Produksi Pertiwi

Terletak di daerah Giwangan, Yogyakarta. Sebenarnya, ada beberapa lokasi lagi tempat produksi, namun ini adalah induk dari rumah-rumah produksi yang ada. Kenapa dinamakan Pertiwi? Ibu Hj. Siti Umi Pertiwi. Beliau telah berkecimpung dengan batik sejak tahun 65-an. Dulu, belaiu adalah juragan kain batik, yang sering menyediakan kain batik hingga akhirnya mendirikan produksi sendiri. Dari tempat inilah lahir karya batik Adiningrat. Loyalitas dan proses Adiningrat itu akan saya jabarkan disini. Tepatnya,  untuk tahapan batik tulis.

Berproses

Proses batik yang pertama adalah penggambaran motif dengan pensil diatas kain. satu kain harus terisi penuh motif dan membutuhkan kreativitas tinggi.

Kedua, nglowongi atau batik itu sendiri. Dilengkapi peralatan cating, malam, kain, alat pemanas serta skill. Skill tidak diukur secara instan. Pembatik yang diakui adalah yang memiliki jam terbang tinggi yang diukur oleh waktu. Salah satu pembatik, ibu Menik sudah tampak lihat dalam menggoreskan catingnya mengikuti alur pola batik yang begitu melengkung, meliuk dan sangat detail. Bisa dikatkan rumit. Cating harus tertempel sempurna pada kain. Tidak boleh luber, lumer bahkan sampai tumpah di luar pola. Cating itu sendiri ada berbagai ukuran lho!

Ibu Menik dan Pengrajin Batik lainnya sedang membatik (Dok. Pribadi)
Ibu Menik dan Pengrajin Batik lainnya sedang membatik (Dok. Pribadi)
Tahap ketiga adalah pewarnaan. Namun, sebelum ke perwarnaan, kami lebih dahulu singgah ke proses pengecapan, yaitu tahapan pertama proses batik cap. kami bertemu dengan Bapak Ripto. Beliau begitu jeli. Karena mengecap batik itu tidak sembarangan orang bisa. Ketelitian menyambungkan motif yang putus  dengan cetakan yang sama butuh perhitungan agar menjadi motif yang benar-benar utuh.

Tahap pewarnaan batik ternyata ada dua, celup dan colet (kalau saya menamainya tutul, karena seperti pakai kapas terus ditutul-tutulkan hehehe). Teknik colet itu kalau warnanya banyak, kecil-kecil dan polanya berkesinambungan.

Inilah proses perwarnaan kain batik (Dok. Pribadi)
Inilah proses perwarnaan kain batik (Dok. Pribadi)
Tahap keempat adalah perebusan. Namun, sebelum direbus terlebih dahulu malam (lilin) dilepaskan. Mengapa dibersihkan? Karena malam (lilin) tidak tahan panas. Nanti akan meleleh dan justru memberi meleburkan warna.

Setelah direbus, barulah kain batik dijemur. Bila warna yang digunakan banyak, misalnya lebih dari satu,maka akan kembali ke proses pembatikan lagi. Begitu seterusnya. Jadi, semakin kompleks dan rumit motif batik tulis, bahkan banyak warna, tidak heran batik itu bernilai jual tinggi. Banyak unsur yang tertuang. Karena batik itu seni. Batik itu skill. Batik itu proses. Batik itu loyalitas.

Tahap Perebusan (Dok. Pribadi)
Tahap Perebusan (Dok. Pribadi)
Loyalitas

Ibu Menik, Bapak Ripto dan lainnya rupanya telah menggeluti profesi sebagai pengrajin batik sejak belum menikah (menurut Ibu Dewi bahkan ada yang waktu itu masih lajang) hingga punya anak. Bayangkan, sudah berpuluh-puluh tahun mereka menekuni dan sangat setia degan batik. Mereka mengabdi melalui Rumah Produksi Pertiwi. Ibu Pertiwi yang juga sosok hangat, mampu meyakinkan kepada siapa saja bahwa batik itu sebuah karya. Karya yang lahir dari tangan manusia-manusia yang dihasilkan oleh loyalitas dan proses yang panjang.

Bagi kompasianer yang berminat belajr batik, Rumah Produksi Pertiwi menawarkan Workshop Batik terjangkau. Rumah Produksi ini sering menerima kunjungan asing, bahkan tamu kenegaraan. Silahkan.

Semoga bermanfaat~Salam Hangat Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun