Mohon tunggu...
Devi Lestari
Devi Lestari Mohon Tunggu... Guru - guru dan seniman

sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dunia Tanpa Udara

25 November 2023   22:30 Diperbarui: 25 November 2023   22:57 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam senyap malam yang gelap,
Hati ini merindu, menanti dengan sabar.
Keheningan menjadi saksi bisu,
Aku menunggu, dalam diam yang terus-menerus.

Di antara bayangan cinta yang mengambang,
Rinduku menyatu dalam doa yang terucap.
Kurindukan senyummu, tatap matamu,
Dalam keheningan, hatiku memanggilmu.

Waktu berjalan, seolah melambat,
Detik bergulir, tapi rindu tak terhenti.
Di sudut hati, harapanku tumbuh,
Menanti kabar darimu, pelipur lara yang aku rindu.

Dalam sunyi yang menggelayut,
Aku menunggu, merindu tanpa henti.
Penantian ini seperti lagu yang terputus,
Namun, di dalam hati, melodi cinta tetap berdentum.

Kau adalah bayangan yang tak pernah pudar,
Dalam keheningan, aku mencari jejakmu.
Penantian ini seperti bunga yang mekar,
Tapi, kumohon, datanglah sebelum embun pagi meredup.

Dalam kesendirian yang melingkupi,
Aku menunggu dengan setia.
Hening ini bukan kekal abadi,
Sebab, kau adalah jawaban dari doa-doa yang tak terucap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun