Sudah menjadi rahasia umum bahwa komunikasi antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri tidaklah begitu baik. Kendatipun sudah berulang kali SBY membuka pintu komunikasi, nyatanya Megawati tak bergeming. Begitulah yang terjadi bertahun-tahun, sejak tahun 2004, hingga saat ini.
Kalau pun terjadi "komunikasi", itu biasanya karena situasi yang tidak bisa dielakkan oleh Megawati. Contohnya, menjelang debat calon presiden pada tahun 2009. "Mau atau tidak mau" tangan Megawati disorongkan untuk menyongsong sodoran tangan SBY. Jabat tangan pada momen seperti ini yang selalu menjadi adegan yang menarik bagi pers. Tak jarang, pers kemudian membesar-besarkan hal yang memang seharusnya tidak dibesarkan-besarkan itu.
Jabat tangan atas kedua orang besar di Republik ini yang dinilai "bermusuhan" secara politik, adalah merupakan momen yang spesial. Momen yang memang ditunggu-tunggu oleh pers sebagai wakil masyarakat. Jabat tangan dua pemimpin itu oleh media dianggap berdampak pada "jabat tangan nasional".
Tidaklah berlebihan. Ketika jabat tangan antara SBY dan Megawati akan sangat berpengaruh bagi kerukunan nasional. Karena keduanya adalah panutan. Satu presiden, satunya mantan presiden yang ingin kembali menjadi presiden.
Sebenarnya kalau mengenai hal jabat tangan, media pers telah beberapa kali menangkap. Apabila kita hitung sejak pemilihan presiden 2009, setidaknya kurang lebih sudah enam kali SBY berjabat tangan dengan Megawati. Namun, dari watu ke waktu, jabat tangan itu seperti hanya mengesankan seremonial yang terpaksa. Jabat tangan sepihak.
Terakhir, SBY berjabat tangan dengan Megawati saat Taufik Kiemas menerima doktor kehormatan, pada 10 Maret 2013 di Gedung DPR. Menurut pemberitaan media, SBY tampak menjabat tangan Megawati dengan kedua tangannya. Sementara Megawati tersenyum simpul.
Kalau boleh dianggap kita anggap sebagai tahapan, kita bolehlah menilai tahapan "rekonsiliasi" SBY dan Mega baru dalam tahap berjabat tangan secara fisik. Dalam kanal You tube dengan judul isu terkini http://www.youtube.com/watch?v=eYgdWZEVqG0, yang diunggah akun resmi Presiden Yudhoyono yang sudah terverifikasi di Youtube "isu terkini". Pada Jumat 25 April lalu, itu adalah semacam ajakan untuk berjabat hati dan jabat pikiran. SBY menginginkan komunikasi yang lebih produktif dengan Megawati.
SBY berharap, apabila Tuhan telah mentakdirkan bisa berkomunikasi dengan baik dengan Megawati sebagaimana komunikasi dengan yang lainnya, maka hal itu juga bisa menjadi jalan bagaimana bangsa dan negara ini bisa kita majukan bersama-sama.
Perlu kita catat, bahwa periode sekarang adalah masa kritis peralihan kekuasaan. Ajakan berkomunuikasi yang disampaikan oleh SBY menjadi lebih bermakna. Meski mengesankan tak pernah lelah untuk membuka komunikasi, SBY tampaknya ingin membangun tradisi politik yang lebih meneladani. SBY ingin khusnul khotimah mengakhiri masa jabatan terakhir sebagai Presiden Indonesia dengan mencatatkan akurnya para pemimpin negeri ini.
Kini, bola ada di depan tangan Megawati. Akan ditangkap atau berlalu begitu saja sebagaimana telah berlangsung 10 tahun dan menjadi contoh buruk berpolitik. Semoga hati dan piiran Megawati lebih terbuka, sehingga takdir Tuhan akan menjadi baik bagi bangsa ini.
Jakarta, 28 April 2014