sumber gambar: www.e-campusradio.com
Kamis (12/6) dalam Sidang Senat Terbuka Akademik Universitas Pertahanan Indonesia akan mengukuhkan Dr H Susilo Bambang Yudhoyono MA. sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu Ketahanan Nasional. Melalui pengukuhan tersebut, maka Dr H Susilo Bambang Yudhoyono, MA akan menjadi Profesor pertama di Indonesia dalam bidang ilmu Ketahanan Nasional.
Perlu kita ketahui bahwa Universitas Pertahanan Indonesia diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Maret 2009. Pendirian Universitas Pertahanan membuktikan bahwa Indonesia serius dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Berdirinya Universitas Pertahanan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah yang membawa Indonesia menjadi negara ke-48 di dunia yang memiliki sekolah tinggi bi dang ilmu pertahanan.
Ada tiga alasan yang mendasari pendirian Universitas Pertahanan Indonesia. Pertama, dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia memiliki beraneka ragam doktrin perang, strategi, dan taktik, mulai
dari perang konvensional, gerilya, sampai melawan terorisme. Kedua, dunia dan kawasan, dimana Indonesia berada terus ber- ubah dan berkembang, ter- masuk hakekat pertahanan, keamanan, dan perdamaian, termasuk pula dinamika geopolitik dan geoekonomi. Ketiga, kerja sama antar negara terus berkembang, sehingga Indonesia harus dapat menempatkan dirinya sebagai bagian dari world class community.
Pemberian gelar Profesor ilmu Ketahanan Nasional kepada Presiden Republik Indonesia telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 40/2012 tentang pengangkatan Profesor/Guru Besar tidak tetap pada Perguruan Tinggi.
Menurut Rektor Unhan Indonesia, Laksamana Madya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, mengungkapkan bahwa pengukuhan Profesor Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Guru Besar Ilmu Ketahanan Nasional dilakukan dengan mempertimbangkan penguasaan ilmu Ketahanan Nasional yang diperoleh dari berbagai pendidikan militer dan non militer, baik di dalam maupun di luar negeri. SBY juga memiliki latar belakang akademik yang diperlukan untuk menjadi Guru Besar beliau telah meraih gelar Master of Art (MA) bidang Manajemen diperoleh dari Webster University, Missiuri, Amerika Serikat. Selanjutnya, gelar Doktor bidang Ekonomi Pertanian diperoleh dari Institut Pertanian Bogor pada atahun 2004, dengan judul disertasi “Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis Kebijakan Ekonomi dan Fiskal” dan penguasaan akademis berbagai ilmu telah dibuktikan Susilo Bambang Yudhoyono melalui karya-karyanya, berupa buku dan artikel, di antaranya Coping with the Crisis – Securing the Reform (1999); Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002); Taman Kehidupan, sebuah Ontologi (2004); Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005); Peace Deal with Aceh is Just a Beginning (2005); The Making of a Hero (2005), dan sebagainya.
SBY juga telah memberikan kuliah umum dan orasi ilmiah di beberapa perguruan tinggi ternama di dunia. Pada September 2005, kuliah umum dengan judul “Perpective on the MDGs and the Way Forward to 2015” diberikan di Columbia University, New York, Amerika Serikat. Pada April 2006, di Islamic University of Imam Muhammad Bin Sa’ud, Riyardh, memberikan kuliah umum dengan judul “Progress and Prosperity”. Pada November 2006, menyampaikan orasi ilmiah di Keio University, Tokya dengan judul “Goverrnance, Reforms and Democratic Transformation in Indonesia”. Pada Oktober 2008, Profesor SBY memberikan kuliah umum di Beijing University, Tiongkok dengan judul “Indonsia, China and East Asia”: Building Bridges During Turbulent Times”. Pada September 2009, juga memberikan kuliah umum di The Jhon F Kennedy Scholl of Government, Harvard University Boston, Amerika serikat dengan judul “Towards Harmony Among Civilizations”.
Dalam acara pengukuhan terhadap SBY sebagai guru besar, beliau akan menyampaikan pidato berjudul “Perdamaian dan Keamanan dalam Dunia yang Berubah”: Tantangan Penyusunan Grand Strategy bagi Indonesia”
SBY Sebagai Presiden juga aktif dalam meluangkan waktu mengajar atau menyampaikan materi kuliah umum di berbagai forum dan universitas, maka dari itu SBY dinilai berhasil mengkonversi 'tacit knowledge' yang dimiliki menjadi 'explicit knowledge'. Sebagai beliau juga telah berhasil mematangkan demokrasi di Indonesia sehingga kontribusinya terhadap perkembangan strategi pertahanan negara, mulai dari sisi anggaran, kebijakan industri pertahanan, hingga keberhasilan menjadikan Indonesia sebagai penjaga perdamaian dunia.
Jakarta, 12 Juni 2014