Alhamdulilah pelaksanaan Pemilu kemarin (9/4) berjalan dengan baik dan ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia ditopang oleh kematangan berdemokrasi yang sangat baik.
Kesuksesan penyelenggaraan pemilihan umum legislatif (pileg) 2014 tidak terlepas dari kematangan demokrasi di Indonesia. Hal ini juga menjadi sebuah alasan di balik keberhasilan Indonesia dalam menjaga pertumbuhan ekonomi.
Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, apa yang baru saja terjadi kemarin (pemungutan suara 9/4) dan proses tiga minggu kampanye Pileg 2014 menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia ditopang oleh kematangan berdemokrasi yang sangat baik. “Demokrasi menjadi modal utama membangun perekonomian nasional," sumber situs resmi Setkab RI.
Masih menurut beliau, kematangan demokrasi telah membuat Indonesia mampu melakukan program pembangunan. Mulai dari fasilitas infrastruktur, industri, lapangan kerja, hingga upaya penanggulangan kemiskinan.
Firmanzah pun optimis dunia usaha nasional maupun asing makin percaya dengan prospek ekonomi Indonesia. Di masa mendatang, investasi Indonesia diyakini makin tumbuh dan makin merata seiring dengan terjaganya stabilitas politik, keamanan dan ketertiban sepanjang 2014. Indonesia  optimistis bahwa apa yang terjadi di pileg merupakan sinyal kuat terjaganya stabilitas politik, keamanan dan ketertiban dalam pemilihan presiden. Dengan demikian masyarakat harus optimistis dalam lima tahun ke depan Indonesia akan menjadi negara yang semakin sejahtera, berdaya saing, adil dan merata pembangunannya," situs resmi Setkab RI.
Firmanzah sebelumnya juga pernah berhipotesis bahwa 2014, sebagai tahun pemilu akan ada hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain aktivitas politik saat Pemilu Legisltaif dan Pemilu Presiden (Pilpres) diperkirakan akan mengangkat pertumbuhan ekonomi sekitar 0,3% hingga 0,6%.
Pada saat Pemilu dan Pilpres, belanja politik yang dilakukan akan mampu berkontribusi 0,3% hingga 0,6% terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,2%-5,3%. Ini sangat baik untuk ekonomi secara umum.
Salah bila ada yang berspekulasi bahwa pesta demokrasi justru menghambat pertumbuhan ekonomi. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Tingkat pertumbuhan ekonomi akan positif. Aktivitas politik akan berkontribusi mendorong pertumbuhan tersebut.
Pada pesta demokrasi yang dilakukan pada 1999, 2004, dan 2009 terbukti telah memberikan efek positif terhadap perekonomian Tanah Air. Pada 1999, indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat 70%, produk domestik bruto (PDB-) tumbuh 0,79%, dan konsumsi tumbuh 7% selama Pemilu.
Terkait penyelenggaran pemilu dan pertumbuhan ekonomi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum lama ini menyampaikan enam fokus penguatan pembangunan nasional yang perlu terus didorong. Salah satu dari enam poin itu adalah stabilitas politik.
Enam fokus tersebut adalah desian lima tahun ke depan (2014-2019). Selain itu, Presiden SBY juga menyampaikan harapan potret Indonesia lima tahun mendatang yakni sebagai bangsa yang lebih sejahtera, lebih aman dan damai, lebih adil dan lebih demokratis.
Untuk mencapai hal tersebut pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan sejalan dengan penguatan ekonomi makro. Sektor riil dan dunia usaha terus diberi ruang yang cukup untuk dapat berkembang ekspansif.
Dengan arah pembangunan lima tahun mendatang sebagaimana disampaikan Presiden SBY itu, kita yakini, bahwa pada akhir 2019 memasuki 2020, Indonesia akan dapat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang kuat di kawasan dan global.
Jakarta, 11 April 2014
sumber: jurnas dan lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H