Hiruk pikuk kampanye pemilihan presiden 2014 ini telah usai. Selama hampir satu bulan kita telah menyaksikan kedua pasangan Calon Presieen dan Wakil Presiden memaerkan program dan juga “mimpi”. Kita tahu lah namanya juga kampanye, sudah pasti langgananya sama, yaitu menabur harapan “mimpi” dengan bertujuan agar kita memilih pasangan capres dan cawapres tersebut. Kita harus hargai proses politik sampai hari ini, pada saat masa tenang telah usai. Dengan hadirnya dua pasang calon, bagaimana pun, sempat membuat kiya khawatir karena dua pasangan ini langsung berhadapan langsung (head to head) seperti adu kambing. Kita semua seperti terbelah dua kubu. Televise (berita) dan surat kabar di Indonesia yang biasanya netral, kini terbelah menjadi dua. Perkembangan inilah yang membuat kita cemas. Namun, ketika pada akhirnya kedua kubu berjalan dengan damai dan kita pun patut bersyukur.
Kini, kita telah memasuki masa tenang, yaitu masa yang diharapkan mampu mengendapkan keriuh rendahan masa kampanye untuk memasuki masa dalam keheningan sehingga kita semua pada akhirnya sampai pada pilihan kita semua. Telah kita ketahui, bahwa pada saat debat pasangan calon presiden terakhir pada Sabtu (5/7) malam, kedua pasang calon presiden menutup pidato (closing statement ) dengan sangat bagus.
Pernyataan penutup itu, sehubungan dengan pemilihan presiden yang akan dilangsungkan pada tanggal 9 Juli ini dan hasilnya sudah pasti akan melahirkan satu pemenang. Perlu adanya penyikapan dari masing-masing calon atas hasil pemilihan 9 Juli nanti. Capres Joko Widodo menyatakan hanya taat pada konstitusi dan aspirasi rakyat Indonesia, sementara Capres Prabowo Subianto menghormati putusan rakyat Indonesia demi bangsa Indonesia yang dicintainya. Sebuah pernyataan yang bagus yang seolah-olah menghapus pernyataan dan perilaku “panas” sebelumnya ketika kampanye berlangsung.
Pernyataan ini berarti Joko Widodo dan Prabowo Subianto siap menerima apapun hasil pemilihan presiden yang hasilnya akan diketahui melalui perhitungan cepat pada Rabu 9 Juli sore hari. Pernyataan ini melegakan kita semua. Pernyataan ini juga perlu kita tagih kepada Joko Widodo dan Prabowo Subianto karena satu diantara mereka akan menerima kekalahan.
Maju dalam kompetisi politik, tentunya itu berarti kita juga harus siap menang dan juga siap kalah. Kemungkinan menang dan kalah itu juga sama besarnya, oleh karena itu pernyataan Joko Widodo dan Prabowo Subianto normatif. Joko Widodo dan Prabowo Subianto harus menyadari bahwa pemilihan presiden secara langsung ini adalah demokrasi yang sepenuhnya milik rakyat. Maka, dengan menyerahkan daulat sepenuhnya kepada rakyat, penyikapan kita pun menjadi enak.
Sekarang kita semua tinggal memantau penyelenggara pemilihan umum untuk bekerja dengan baik. Amanat rakyat yang diembankan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan lembaga-lembaga penyerta penyelenggara pemilihan umum, merupakan mandate suci rakyat yang harus dilaksanakan dengan secara benar. Polisi dan tentara wajib mengamankan, Badan Pengawas Pemilu harus terus mengawasi jalan nya pemilihan umum secara seksama dan lembaga swadaya masyarakat pun perlu selalu mengawal literasi politik demi terselenggaranya pemilihan umum yang jujur dan adil.
Kita sudah dua kali melakukan pemilihan presiden secara langsung dan hasilnya juga selalu damai, maka kita juga harus percaya bahwa pemilihan presiden yang ketiga ini juga akan berlangsung damai. Segalanya akan damai apabila dua pentolan yang maju dalam pemilihan presiden juga bersemangat damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H