Mohon tunggu...
Devika Amalia Damayanti
Devika Amalia Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, Saya Devika Amalia Damayanti, mahasiswi Administrasi Niaga dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Nyata Mahasiswa KKN Non Reguler 03 Sub Kelompok 08 Untag Surabaya Dalam Inovasi Teknologi Pengelolaan Jamu Tradisional Bu Pesek

25 Desember 2024   13:44 Diperbarui: 25 Desember 2024   13:44 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Jamu tradisional merupakan warisan budaya Indonesia yang kaya manfaat, namun dalam menghadapi pasar modern, banyak produsen seperti Bu Pesek yang menghadapi tantangan efisiensi produksi dan pemasaran yang terbatas. Sebelumnya, Bu Pesek membuat jamu secara manual dengan menggunakan tangan, yang tidak hanya memakan waktu, tetapi juga mengurangi konsistensi dan efisiensi dalam produksi. Untuk menjawab tantangan ini, kami menciptakan inovasi alat pemeras rempah jamu berbahan besi. Alat ini dirancang untuk mempercepat proses ekstraksi bahan jamu tanpa mengurangi kualitas, serta menjamin higienitas. Dengan alat ini, Bu Pesek dapat meningkatkan kapasitas produksi, mempercepat waktu pembuatan, dan memastikan konsistensi kualitas.

Namun, inovasi Bu Pesek tidak hanya terbatas pada produksi. Branding yang kuat juga diperlukan agar produk tradisional ini dapat bersaing di pasar modern. Oleh karena itu, Bu Pesek mengembangkan desain logo dan banner yang menarik. Logo yang sederhana namun kuat mencerminkan identitas jamu tradisional, sementara banner yang informatif dan estetis memperkuat daya tarik visual produk. Dengan kombinasi alat pemeras yang efisien dan branding yang menarik, Bu Pesek berhasil memperluas pasar, tidak hanya di kalangan konsumen lokal, tetapi juga menyasar generasi muda yang semakin tertarik pada produk alami.

Inovasi ini tidak hanya mempercepat proses produksi, tetapi juga meningkatkan daya saing produk. Dengan alat pemeras yang lebih efisien, Bu Pesek kini dapat menghasilkan lebih banyak jamu dalam waktu yang lebih singkat, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang semakin besar. Selain itu, alat yang lebih praktis dan higienis juga membantu mempertahankan kualitas produk, yang menjadi kunci penting dalam mempertahankan konsumen.

Secara keseluruhan, inovasi dalam pengelolaan produksi dan pemasaran yang dilakukan Bu Pesek menunjukkan bahwa jamu tradisional masih memiliki potensi besar untuk berkembang di tengah arus modernisasi. Dengan alat pemeras yang lebih efisien dan branding yang menarik, Bu Pesek tidak hanya berhasil meningkatkan daya jual produk, tetapi juga memperkenalkan kembali nilai tradisional dalam bentuk yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. Inovasi ini menjadi contoh bagaimana tradisi dan teknologi dapat bersinergi untuk menciptakan produk yang dapat bersaing di pasar global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun