Pluralisme dalam keluarga (dok.pribadi)
Beberapa hari ini saya disibukkan dengan kegiatan mengurusi event wedding. Ketika semua orang lagi asik liburan (bisa dilihat dari status BB atau status FB), saya malah sibuk kerja. Sesuatu yang patut disyukuri sih. Saya berharap kerja saya di -bener2- awal tahun ini akan berlangsung sepanjang tahun. Artinya, saya berdoa semoga job2an yang saya terima semakin mengalir lancar dan deras di tahun 2015 ini. Amin.
Saya punya mimpi dan harapan serta resolusi yang ingin saya capai di tahun 2015 ini, namun itu akan saya ceritakan nanti pada bagian tersendiri. Sekarang saya pengen cerita tentang pengantin saya yang (menurut saya) istimewa ini.
Nama pasangan pengantin saya yang laki2mas Ferry Sungkono dan yang perempuan adalah mba Fitriana Bungawati. Yang laki2ganteng dan gagah, yang perempuan juga cantik. Mas Ferry terlahir sebagai anak terakhir dari 3 bersaudara sementara mba fitri anak pertama dari 3 bersaudara juga.
Apa yang membuat pasangan ini istimewa dimata saya? Karena seperti judul tulisan saya, mereka Berbeda namun Bersatu atau bahasa latinnya Different Tamen Unum. Apanya yang berbeda? keyakinan mereka. Bukan saya bilang yang satu merasa yakin dengan hubungan mereka sementara yang satunya tidak yakin lho ya, bukan hihihihi. Mereka berdua sama2yakin bahwa mereka memang ditakdirkan untuk berjodoh.
Keyakinan iman merekalah berbeda. Mas Ferry penganut agama Kristen Protestan dan Mba Fitri penganut agama Kristen Katolik. Sebagai seorang muslim saya sesungguhnya tidak terlalu paham dengan perbedaan kedua keyakinan tersebut karena menurut saya sebagai orang awam mereka sama2penganut agama Nasrani. Namun ketika saya tanyakan kepada mereka pada saat senggang, mereka menjawab bahwa perbedaannya besar sekali.
Saya tidak sedang ingin membahas perbedaan keyakinan tersebut terletak dimana. Yang ingin saya ceritakan, meskipun tahu mereka berbeda keyakinan namun mereka memiliki kemantapan hati untuk menyatukan kedua keyakinan tersebut. Bagi saya ini tentu hal yang istimewa karena tidak mudah.
Biasanya, bagi pasangan yang beda agama, faktor utama penolakan biasanya adalah pihak keluarga, terutama ibu dan bapak. Namun dikeluarga tersebut tampak baik2saja. Hal ini terlihat dari pada saat meeting, kedua orang tua mereka bertemu untuk membicarakan urusan persiapan pernikahan pada hari H. Begitu juga pada saat hari pemberkatan dilangsungkan, kedua orang tua juga berkumpul di rumah keluarga pihak laki2untuk selanjutnya berangkat bersama menuju gereja yang telah disepakati sebagai tempat untuk melangsungkan acara pemberkatan pernikahan.
Mereka berasal dari 2 gereja yang berbeda, baik tata cara ibadahnya maupun lokasinya. Bahkan untuk urusan pemberkatan pernikahan, seperti layaknya ijab kabul, tata cara pengucapan ikrar atau janji suci pernikahannya juga berbeda. Namun mereka mampu berkompromi dengan menunjukkan gereja yang telah disepakati dan tidak tampak adanya ketidakpuasan dari kedua keluarga atas keputusan yang telah dicapai.
Awalnya saya sempat heran. Setelah sempat mengobrol dengan pihak keluarga, baru saya mendapatkan jawabannya. Waktu itu saya mengobrol dengan kakak kandung Mas Ferry. Kakak mas Ferry yang sulung ini perempuan, dia menikah dengan pria muslim dan memutuskan untuk menjadi mualaf. Kakak kedua mas Ferry seorang laki2 yang juga menikah dengan seorang muslimah dan memutuskan juga untuk menjadi seorang mualaf.
Ketika saya tanya bagaimana pendapat orang tua ketika mendapati anak2nya menikah dengan seseorang yang memiliki iman yang berbeda?Kakaknya menjawab bahwa orang tua mereka beranggapan bahwa semua agama itu baik. Semua agama mengajarkan pemeluknya untuk selalu berbuat baik dan melarang untuk berbuat buruk. Mereka percaya bahwa doa dalam bentuk bahasa apapun akan sampai kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu mereka tidak khawatir jika anak2nya pada akhirnya memeluk agama yang berbeda2.