Disana pula saya melihat bagaimana bapak2dan mas2 dari kesatuan prajurit baik TNI maupun POLRI bahu membahu untuk menanggulangi bencana. Dari mulai mencari korban yang hilang, membangun tenda untuk para pengungsi, bahkan membuatkan makanan di dapur pengungsian.
Dan saat saya berada disana, sudah sekian hari bencana berlangsung sehingga hiruk pikuk pekerja media telah berkurang. Mereka tetap bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan komandannya tanpa peduli diliput atau tidak oleh media. Sehingga bolehlah saya mengatakan bahwa mereka lolos dari tuduhan pencitraan (pada masa itu belum booming istilah pencitraan ;p)
Inti cerita saya adalah, please jangan menghujat siapapun, dalam setiap bencana apapun yang terjadi, jika tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan terhadap tindakan apapun yang dilakukan mereka dalam menanggulangi bencana. Karena kita tidak tahu pasti kondisi real yang terjadi di lapangan. Kesulitan2apa yang mereka alami, kendala2apa yang terbentang di depan mata, dll.
Disinilah perlunya tetap berpikir positif dalam keadaan apapun. Karena pikiran negatif tanpa kerja nyata juga tidak akan membantu menyelesaikan persoalan. Jika kita merasa bahwa ada hal yang kurang dilakukan, saran saya adalah berikan mereka masukan. Kritik boleh tapi hujatan jangan. Berkatalah dengan baik dan jangan kasar, sinis atau hal2lain justru akan memperparah keadaan. Jika tidak bisa membantu, maka doakanlah hal yang baik segera terjadi.
Kembali kepada tragedi Air Asia QZ8501. Sekecil apapun harapan yang ada, mari kita nyalakan dan terus doakan, semoga segera ada kejelasan nasib dari para penumpang dan awak pesawat. Semoga jika memang hal yang terburuk terjadi -apapun itu-, maka keluarga korban yang ditinggalkan bisa diberi kekuatan untuk melanjutkan hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI