Mohon tunggu...
Devi Juniarsih
Devi Juniarsih Mohon Tunggu... Lainnya - NO

#GoBlog

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Saat Itu, ketika Matahari Terbit di Bukit Panguk Kediwung

9 Mei 2017   15:35 Diperbarui: 9 Mei 2017   19:09 2800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mah anaknya instagramable banget. Mmm, maksudnya anu, bukannya aku kece abis kalau difoto dan di-post di instagram ya. Tapi maksudnya aku suka lihat-lihat foto orang di instagram aja. Gitu. Pasti pernah banget dong lihat foto sunrise yang bagus banget, yang kalau kita lihat bikin mengkhayal, terus ada background music lagu Ed Sheeran “it’s too cold outside for angel to fly, dududu”, ya ngga nyambung sih.

Demi bisa posting foto sunrise yang kece, aku bela-belain bangun jam 3 kurang 15 menit. Ngga bela-belain juga ya, karena memang tidurnya ngga nyenyak (saking semangatnya) jadi sebelum alarm bunyi jam 3 pun aku sudah bangun. Rekomendasi temen adalah Bukit Panguk Kediwung yang ada di Mangunan, Imogiri, Bantul. Iya, Bantul yang di Jogja itu lho manteman. Devi di Jogja!

Coba deh, google pakai keyword Bukit Panguk Kediwung. Aslik, bagus banget. Dibilangnya negeri di atas awan, karena kalau menjelang sunrise akan muncul kabut yang posisinya ada di bawah kita yang mengesankan kita berdiri di antara awan-awan.

Jam 3.40 aku, 4 orang teman dan jaket masing-masing, siap meluncur menuju Bukit Panguk. Jogja masih sepi, ngga seperti semalam. Perjalanan dari Malioboro ke sana kurang dari 1 jam. Jalan menuju ke sana cukup bagus, kadang ada jalan rusak sih, tapi ngga ada apa-apanya dibandingkan jalanan Gunung Putri. Jalanannya menanjak, ada yang sempit juga, dan seringkali di kanan-kiri cuma perkebunan gelap tanpa lampu apalagi rumah warga. Kalau naik motor baiknya rame-rame ya, ndak ada begal yang nyetop.

Sampai disana sudah masuk waktu subuh. Awalnya agak bingung, kok sepi? Loket tiket pun ngga ada yang jagain. Di parkiran ada 1 mobil, rombongan dari Semarang yang sudah tiba dari jam 3.30 luar biasa ya manteman. Jadi inget jaman muda dulu, semalaman keluyuran ke Dieng pun ngga masalah, paginya langsung ada acara kampus pula, sekarang mah alamat ngemilin tolak angin.

Tempat untuk memantau sunrise ngga jauh dari parkiran, cuma salto tiga kali langsung sampai ke “gardu pandang”, gimana ya nyebutnya, pokoknya ada pos-pos untuk foto-foto yang dibangun agak menjorok ke tebing, inget ya lokasi kita di bukit. Kata Bapaknya matahari akan mulai muncul sekitar jam 5. Jadi segeralah cari spot yang ok, karena selesai sholat subuh mulai ada pengunjung lain yang berdatangan.

img-20170415-052622-59117d780f9373ea3c534a8b.jpg
img-20170415-052622-59117d780f9373ea3c534a8b.jpg
Gardu pandangnya ada beberapa dengan bermacam bentuk. Ada yang kotak begitu aja, ada yang bentuk love (favoritnya mbak-mas yang lagi pacaran), ada yang perahu, dan beberapa yang lain. Untuk naik dan foto di gardu pandang kita mesti bayar 3k/orang, ada juga gardu pandang yang ga perlu bayar. Hati-hati ya pas pepotoan, gardu pandangnya nangkring di pinggir jurang yang bawahnya ngga kelihatan karena ketutup kabut. Ngga mau kan pindah tempat ke dasar jurang?

img-20170415-052622-59117d20e222bdc925d57ba5.jpg
img-20170415-052622-59117d20e222bdc925d57ba5.jpg
Ya, kami ketemu kabut. Beruntungnya pas waktu sunrise pas langitnya cerah, jadi kabutnya muncul. Warna langitnya pun bagus, sayangnya aku kurang canggih jadi hasil pepotoan cuma seadanya. Ngga terlalu berlebihan sih kalau sampe banyak yang bilang serasa berdiri di antara awan karena memang di depan ketutupan kabut sepanjang mata memandang. Buat yang lagi pacar(pacar)an, nanti pulangnya silahkan foto di rangkaian bunga bentuk love yang ada di depan, aku mah ngga. 

img-20170415-061336-59117d8f02b0bdcc2604bc96.jpg
img-20170415-061336-59117d8f02b0bdcc2604bc96.jpg
Bukit Panguk Mangunan ini bukan satu-satunya tempat untuk melihat sunrise, masih ada juga beberapa spot yang sepanjang jalan aku lihat papan petunjuknya. Setelah (temen-temen) puas pepotoan, kita lanjut ke spot lainnya, yaitu ke Kebun Buah Mangunan, tapi bukan untuk ngejar sunrise ya, karena sudah lewat jam 6, terang benderang. Waktu mau keluar dari sana jangan sibuk pepotoan juga ya, Bayar! Kan tadi masuknya belum bayar, pas agak terang sudah ada bapak penjaganya. Kita bayar 2k/orang (kalau ngga salah) dan parkir mobil 3k/5k, lupa ya ampun.

img-20170415-081151-59117d11917a61d9194586ce.jpg
img-20170415-081151-59117d11917a61d9194586ce.jpg
Yeay, selesai sudah misi menanti sunrise. Nah, menanti sunrise di dini hari yang dingin aja aku sanggup, apalagi menanti kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun