Malam itu pulang dari surau Rangkat setelah sholat tarawih, Bu Guru Yuli mampir ke toko bunga Mbak Ranti sahabatnya. Dari kejauhan dilihatnya mbak Ranti tengah sibuk menyapu tokonya. "Ranti,udah mau tutup ya?" "eh,Yuli..baru pulang tarawih? iya nih,udah malem,udah sepi juga" "ya udah,aku bantuin,biar cepet selesai,cepet pulang" Angin pada malam hari itu sungguh sangat tidak bersahabat,bertiup sangat kencang,mempermainkan kerudung dua gadis manis itu. Tanpa mereka tahu,angin meniupkan surat berwarna merah muda hingga jatuh diatas mukena Yuli yang ditaruh di meja luar toko. *** "lho,ini apa ya?!" Yuli bergumam sendiri ketika melihat kertas diatas mukenanya, Ranti sendiri sedang menutup rolling door tokonya yang agak macet. "hmm,Bebe? rasanya kok familiar ya?" dia lalu menyimpan surat itu ke dalam saku celananya. Setelah itu dia pun lalu pulang bersama Ranti. *** "rasa-rasanya aku kenal gaya penulisan yang seperti ini" kata Yuli,setelah dia selesai membaca surat yang dia temukan. Apakah? Hmm..entahlah,gak mungkin nama Bebe cuma satu kan,dan Bebe pun belum tentu singkatan dari Bowo Bagus. Tiba-tiba ingatan Yuli kembali ke waktu lima tahun lalu ketika dia masih tinggal di kota,waktu itu ia masih berstatus sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri jurusan keguruan. Saat itu dia menjalin kasih dengan seorang potographer amatiran bernama Bowo Bagus. Hubungan mereka kerap putus sambung, kebanyakan adalah karena Bowo yang terlalu sering bepergian dengan model-model perempuannya,hal yang sudah pasti akan membuat Yuli cemburu. Tapi hubungan mereka tidak pernah benar-benar berakhir, hubungan itu hanya tiba-tiba menghilang,bersama kepergian Bowo yang tanpa kabar berita. "ah,gak mungkin-gak mungkin,wuuzzzz hilang,lupa,gak boleh mikirin cowok itu lagi,okay Yuli" Yuli menyemangati dirinya sendiri. *** Keesokan harinya ketika hendak berangkat mengajar di dalam angkot rangkat Yuli mendengar ibu-ibu yang akan pergi ke pasar bergosip. "kasian ya si depi,udah di gembar-gembor,eh gak jadi" "iya,malu banget pasti jadi Bu RT,hihihi" "hush,puasa gak boleh ngomongin orang ah" "ya udah lah,kalo depi gak mau bowo buat saya aja deh" "eh,inget sama anak sama suami jeng" "hihihi" Ibu-ibu itu terus bergosip,diam-diam Yuli mendengarkan mereka. Dia lalu membuka hapenya,mencari nomor Bowo "gak tau masih aktif atau gak,coba aja deh" dia lalu mengetikan sebuah sms.. "Hai Bowo,apa kabar? sekarang tinggal dimana? aku sudah lulus,sekarang aku mengajar di SMP di Desa yang cukup jauh dari kota" sms dikirim. *** Bip..bip..bipp Bunyi tanda masuk sms di hape Bowo membangunkannya. "siapa nih,gak ada namanya". Dia tidak membalas sms itu. Dia lalu mandi dan packing,bersiap-siap untuk berangkat ke bandar nanti sore. "kalau sampai nanti sore depi gak balas puisiku,welcome to singapore" Packing barang-barang yang akan dibawanya hanya perlu waktu kurang dari satu jam,kemudian dia menyalakan komputernya,membuka-buka lagi album foto dirinya bersama devi. Sambil menarik nafas panjang dia mengambil hapenya. "depi,mas berangkat sore ini" sms dikirim,lalu dia juga membalas sms yang siterima tadi pagi. "maaf ini siapa? saya tinggal di desa rangkat". *** Yuli kaget,hapenya berbunyi di tengah ia sedang mengajar. Karena penasaran ia pun membukanya,ternyata dari Bowo,nomor hapenya masih yang dulu. Yuli merasa jantungnya berdegup lebih cepat "nanti saja pulang sekolah aku telepon dia" *** Siang itu Yuli menelpon Bowo,mereka mengobrol panjang lebar,bahkan Bowo pun bisa sejenak melupakan masalahnya dengan Devi. Dulu mereka saling mencintai,dan sekarang rasanya seperti dulu. Mereka pun berjanji untuk bertemu di toko bunga mbak Ranti sepulang Yuli dari mengajar. *** Mereka mengobrol di luar toko,terlihat sekali wajah mereka berdua bahagia,mereka menemukan cinta yang dulu pernah hilang. Yuli tidak pernah mempermasalahkan ketiadaan kabar dari Bowo. Ketika mereka sedang tertawa dan bernostalgia datang devi, "mas,ini.." kata devi sambil menyerahkan sebuah surat kepada Bowo,lalu ia pun pergi lagi tanpa berkata apa-apa. mas, aku gak bisa kalau mas pergi jauh, tapi aku juga belum bisa langsung menerima mas kembali. Bagaimana kalau lamarannya ditunda sampai setelah lebaran? itupun kalau mas masih mau dan masih sayang aku.. devi *** Yuli hanya terdiam melihat adegan di depannya,devi yang berlalu begitu saja,dan sekarang, Bowo yang tiba-tiba diam sambil memandangi suratnya "apakah mereka akan meneruskan pernikahannya? jangan-jangan..gak,mereka gak boleh menikah" hati Yuli berkata demikian. "ehem,itu siapa sih?" "itu..itu.." "oh iya Bo,kamu masih ingat kan janji kita untuk menikah,emm..apa masih akan kita lanjutkan?" Bowo terdiam tidak tahu harus berkata apa,lagi-lagi ada dua pilihan. *** Silahken dilanjut X.O ***
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami
(Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H