Ok, berhubung gigi saya ngga bandel, jadi dokter menyarankan untuk pasang fixed retainer. Pertemuan selanjutnya dengan dokter saya dijadwalkan untuk cetak retainer, jadi saya masih punya waktu untuk berpikir mau pakai retainer yang mana.
Di waktu berpikir itu saya inget mati, iya, mati yang meninggal itu. Orang meninggal, dikubur, kan hanya pakai kain kafan aja, perhiasan mesti dicopot, susuk harus dilepas, kalau fixed retainer gimana? Mesti dicopot juga dong? Adakah dokter gigi yang mau nyopotinnya? Nyopot dari mayat orang meninggal. Oke, saya pakai Hawley retainer saja lah.
Kunjungan selanjutnya saya cetak retainer, bukan dengan dokter yang biasanya. Cetak gigi bawah lancar, cetak gigi atas sampai harus coba tiga kali, iya, serius deh, rasanya itu ngga nyaman, mesti mangap lebar-lebar berulang kali. Entah kenapa cetakannya selalu rusak, pecah-pecah, dan dokternya baru pertama kali mengalami hal kayak gitu. Ohh. Dan pulangnya saya sariawan, kanan kiri mulut sakit, bengkak, hampir seminggu cara bicara saya aneh, mau makan pun susah.
Dua belas hari kemudian saya dikabari bahwa retainer sudah jadi dan siap dipasang. Hari-H tiba, excited dong. Copot-copot bracket, lalu gigi dibersihin, coba pasang retainer-nya. Terus, kita juga disuruh latihan lepas pasang sendiri, gampang. Dokter bilang, sekarang tanggung jawab kita sendiri untuk jaga posisi gigi supaya ngga berantakan, karena walaupun udah rapi gigi masih berpotensi untuk “bergerak”. Retainernya harus rajin dipakai, kecuali kalau makan. Dokter bilang sih harus pakai lebih kurang dua tahun, tapi dokter yang sebelumnya bilang harus dipakai terus selama 6 bulan awal, selanjutnya tetep harus dipakai juga walaupun ngga setiap hari. Cara bersihinnya juga mudah, tinggal sikat pakai sikat gigi dan pasta gigi biasa aja.
Sekarang saya pakai Hawley retainer, rasanya awal-awal pastilah ngga nyaman, kayak ada yang ganjal di dalam mulut, bicara jadi aneh, apalagi kalau kata ada huruf “S” nya. Daaan, saya lebih memilih pakai kawat gigi lagi aja deh, serius, walaupun kalau habis makan ngga berani buka mulut lebar-lebar, tapi paling tidak kamu ngga khawatir gigi kamu goyang, iya, sekarang ini saya jadi khawatir kalau makan, takut kalau giginya bergerak, terus posisinya jadi jelek. Duh.
*pic from google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H