Sejak tanggal 18 Juli 2024 PMM Grup 42 Universitas Muhammadiyah malang  telah membuat kemajuan signifikan dalam mempromosikan teknik penanaman hidroponik di Kecamatan Purwosari. Di beberapa tahun sebelumnya Kelurahan purwosari sudah mulai mengembangkan tanaman hidroponik, namun ada beberapa factor sehingga metode ini tidak di teruskan. Hal ini memberi kesempatan untuk PMM Kelompok 42 gelombang 9 untuk melanjutkan program tersebeut dengan menggunakan beberapa alat bekas yang sebelumnya telah dipakai sebagai media hidroponik. Tanaman yang sudah berhasil di tanam antara lain yaitu : Bayam, kangkong, sawi, dan Pakcoy.
Teknik penanaman hidroponik pada dasarnya meningkatkan ketahanan pangan dengan memungkinkan produksi tanaman sepanjang tahun, yang secara signifikan mengurangi ketergantungan pada pertanian musiman tradisional. Di daerah seperti Purwosari, dimana kondisi iklim tidak dapat diprediksi, hidroponik menawarkan alternatif yang dapat diandalkan yang memungkinkan petani untuk bercocok tanam secara konsisten, terlepas dari kondisi cuaca eksternal. Produksi yang konsisten ini tidak hanya menjamin pasokan pangan yang stabil tetapi juga mengurangi risiko kegagalan panen yang dapat terjadi saat terjadi cuaca buruk. Selain itu, hidroponik memfasilitasi budidaya tanaman di daerah dengan kualitas tanah yang buruk, sehingga memperluas kemungkinan pertanian melampaui keterbatasan yang disebabkan oleh pertanian tradisional. Dengan memanfaatkan larutan air yang kaya nutrisi dan bukan tanah, petani lokal dapat menanam beragam tanaman yang sulit tumbuh subur. Peningkatan produksi pangan lokal ini sangat penting karena dapat menurunkan harga pangan sehingga produk segar lebih mudah diakses oleh masyarakat. Ketika makanan diproduksi secara lokal, biaya transportasi akan berkurang, dan risiko pembusukan selama transit dapat diminimalkan, sehingga konsumen dapat memilih makanan yang lebih segar. Hasilnya, masyarakat tidak hanya merasakan akses yang lebih besar terhadap makanan bergizi tetapi juga pertumbuhan ekonomi melalui sistem pangan lokal, sehingga membantu memperkuat ketahanan sektor pertanian secara keseluruhan di Kecamatan Purwosari.
Hidroponik pada dasarnya adalah praktik pertanian berkelanjutan yang secara signifikan mengurangi penggunaan air dibandingkan metode pertanian tradisional. Di dunia di mana kelangkaan air menjadi masalah yang semakin mendesak, sistem hidroponik menggunakan air hingga 90% lebih sedikit karena air disirkulasikan kembali ke dalam sistem. Konservasi sumber daya air ini sangat penting di wilayah yang mungkin mengalami kekeringan atau kekurangan air, sehingga memungkinkan dilakukannya praktik pertanian yang efisien tanpa menghabiskan pasokan air alami. Selain itu, hidroponik meminimalkan kebutuhan akan pupuk kimia dan pestisida, yang dapat berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan menanam tanaman di lingkungan yang terkendali, petani dapat memanfaatkan larutan nutrisi organik yang tidak hanya menyuburkan tanaman namun juga mengurangi beban kimia secara keseluruhan pada ekosistem. Selain itu, kemampuan beradaptasi sistem hidroponik memungkinkan pemasangannya di wilayah perkotaan, menciptakan ruang hijau yang dapat membantu memerangi panas perkotaan dan meningkatkan kualitas udara. Sistem seperti ini dapat mengubah ruang-ruang yang terabaikan menjadi lahan pertanian yang produktif, berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati perkotaan dan mendorong lingkungan yang lebih sehat bagi penduduk kota.
Â
Oleh karena itu, teknik hidroponik tidak hanya menghadirkan alternatif yang layak dibandingkan pertanian tradisional tetapi juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang berupaya menciptakan ekosistem yang tangguh dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Inisiatif yang dipelopori oleh PMM Grup 42 memainkan peran penting dalam mendorong pemberdayaan dan pendidikan masyarakat, khususnya melalui sesi pelatihan langsung yang berfokus pada teknik hidroponik. Dengan membekali petani lokal dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan sistem hidroponik, proyek ini memberdayakan mereka untuk mengendalikan praktik pertanian dan mata pencaharian mereka. Pemberdayaan ini sangat penting dalam memungkinkan petani beradaptasi terhadap perubahan lanskap pertanian dan tekanan ekonomi. Selain itu, proyek ini mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan di antara anggota masyarakat, menciptakan jaringan dukungan yang dapat meningkatkan pemecahan masalah kolektif dan pemikiran inovatif. Ketika para petani berbagi kesuksesan dan tantangan yang mereka hadapi, mereka menumbuhkan budaya pembelajaran dan ketahanan yang dapat memacu kemajuan lebih lanjut dalam teknik pertanian. Selain itu, peningkatan kesadaran akan praktik berkelanjutan yang dihasilkan dari upaya PMM Grup 42 dapat menginspirasi inovasi pertanian di masa depan, membekali masyarakat untuk mengatasi tantangan lingkungan dan ketahanan pangan secara langsung. Inisiatif pendidikan seperti ini tidak hanya meningkatkan praktik pertanian individu namun juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas yaitu menciptakan komunitas yang berpengetahuan dan tangguh yang mampu menerapkan metode pertanian berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Meskipun banyak manfaat dari sistem hidroponik, salah satu tantangan yang signifikan adalah tingginya investasi awal yang diperlukan untuk membangun dan memelihara sistem ini. Bagi banyak petani skala kecil di Kecamatan Purwosari, biaya yang terkait dengan peralatan hidroponik, infrastruktur, dan pemeliharaan berkelanjutan mungkin menjadi penghalang. Hambatan-hambatan ini dapat menghalangi petani untuk mengadopsi teknik hidroponik, sehingga membatasi potensi manfaat yang dapat diperoleh melalui praktik inovatif tersebut. Selain itu, pemeliharaan sistem hidroponik secara berkelanjutan seringkali memerlukan tingkat pengetahuan teknis yang tidak dimiliki semua petani. Kurangnya keahlian ini dapat menimbulkan tantangan operasional dan berkurangnya hasil panen, yang pada akhirnya membuat petani enggan mencoba hidroponik sama sekali. Selain itu, terdapat risiko bahwa ketergantungan pada teknologi dapat menciptakan kesenjangan antara petani yang mampu berinvestasi pada sistem hidroponik dan petani yang tidak mampu. Potensi kesenjangan ini dapat memperburuk kesenjangan yang ada dalam komunitas pertanian dan melemahkan tujuan kolektif untuk meningkatkan ketahanan pangan. Oleh karena itu, meskipun hidroponik menjanjikan, penting untuk mengatasi hambatan ekonomi yang dapat menghambat penerapan hidroponik secara luas di kalangan petani lokal.
Kekhawatiran lain mengenai sistem hidroponik adalah bahwa sistem ini mungkin tidak cocok untuk semua jenis tanaman, sehingga dapat membatasi keragaman produk yang tersedia bagi masyarakat. Meskipun banyak tanaman dapat tumbuh subur di lingkungan hidroponik, tanaman tertentu masih tumbuh lebih baik di lingkungan tanah tradisional. Keterbatasan ini dapat menyebabkan kurangnya variasi nutrisi, karena masyarakat menjadi terlalu bergantung pada tanaman yang ditanam secara hidroponik. Keanekaragaman nutrisi sangat penting untuk menjaga pola makan yang sehat, dan potensi fokus pada terbatasnya pilihan tanaman dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, ketergantungan pada beberapa tanaman hidroponik dapat meningkatkan kerentanan terhadap fluktuasi pasar. Jika suatu tanaman tertentu menjadi kurang menguntungkan atau