Maka mau tidak mau, yang tidak good looking akan tereliminasi. Hal ini juga yang akhirnya membuat standar kecantikan makin ugal-ugalan.
Ditengah terpaan beauty privilege, memang tidak mudah untuk self love. Karena seberapa besar kita berpositif thinking, hasilnya tetap down jika sudah dihadapkan dengan realita.
Benarkah Beauty Privilege Aslinya tidak Kejam?
Ini hanya gambaran kasar tentang yang terjadi pada umumnya ya. Tentu saja beauty privilege aslinya tidak sekejam itu terhadap kaum non good looking.
Pada akhirnya, jika punya nilai keunggulan kita bisa mengalahkan rasa insecure dari dampak beauty privilege. Ada rasa percaya diri yang bisa kita tanamkan dengan bahagia atas keunggulan kita.
Benar bahwa pada akhirnya hanya yang good looking yang akan beruntung dalam segala hal. Kita pastinya mudah melihat fakta ini. Maka jika ditanya "Apakah beauty privilege itu kejam?". Jawabannya jelas "Iya!".
Beauty privilege seperti membagi orang kedalam dua kelompok dengan cara sangat tidak adil. Yang good looking akan beruntung dan non good looking akan tersingkir.
Disinilah mengapa pada akhirnya banyak yang ingin menjadi cantik. Karena faktanya wajah yang cantik bisa berarti banyak.
Benar juga bahwa cantik adalah luka karena pada akhirnya sulit melihat ketulusan orang lain. Jika dipandang dari sisi ini maka imbasnya fair. Namun secara keseluruhan, kaum good looking tetap pemegang hokinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H