Dari novel ini juga aku banyak mendapatkan kosakata seputar sejarah yang tidak kutemukan dalam buku pelajaran sejarah. Seperti kata Gubermen dan adanya penyebutan untuk Indo, Totok dan pribumi.Â
Dalam buku sejaraah biasanya hanya disebutkan penjajah dan pribumi. Lalu badan-badan perintahan seperti Agleemere Secretarie juga tidak kutemukan dalam buku pelajaran sejarah.
Aglemeree Secretarie sendiri adalah jabatan dalam Gubermen yang menjadi pengurus pusat. Yaitu tempat semua perintah berasal dari pembesar-pembesar yang menduduki kursi didalamnya.
Ending dari tetralogi ini cukup membuatku merasa sesak. Memang sedikit memaksa jika mengharapkan happy ending dari novel yang penuh konflik ini. Namun tetap saja, apa yang terjadi pada Minke di ending diluar dugaan.
Minke yang telah berjuang sedemikian panjang, akhir hidupnya mengenaskan. Dalam artian dia tidak berakhir dengan sambutan sebagai pemenang. Minke justru harus diasingkan hingga akhir hidupnya. Pada akhir hayatnya, bahkan dia seperti sendirian berada ditempat terpencil.
Namun bagaimana Minke berakhir adalah gambaran realistis juga dari keadaan masa tersebut. Yang mana pribumi yang menyuarakan pendapatnya untuk menentang penjajahan dianggap pemberontak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H