Mohon tunggu...
Devi Ervika
Devi Ervika Mohon Tunggu... Lainnya - Long life hallucinations

✨

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Hati-hati! Korupsi Berawal dari Keberanian untuk Menyimpang

11 Desember 2021   16:30 Diperbarui: 11 Desember 2021   16:30 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Instagram/hukum_online

Jika kita memantau berita, maka setiap harinya pasti ada berita tentang kasus korupsi. Ruang lingkupnya juga beragam. Ada yang terjadi pada ruang lingkup kecil sampai kelas besar. Umumnya, yang sering terjaring oleh KPK adalah pada lingkup pemerintahan. Kalian sering bukan melihat oknum pemerintah yang terjaring ?

Namun pada dasarnya korupsi tidak hanya terjadi pada lingkup pemerintahan saja. Semua tempat dan siapapun orangnya berpotensi melakukan korupsi. Karena pada penjelasan, secara garis besar korupsi adalah menyalahgunakan suatu kekuasaan dan juga kesempatan. Seperti yang kita lihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang imagenya sangat baik juga dapat terjaring. 

Seperti yang telah disebutkan dalam judul, bahwasanya suatu tindak korupsi berawal dari keberanian, yaitu keberanian untuk melakukan perilaku menyimpang. Kalau dirumuskan, berikut tahapan seseorang melakukan korupsi :

1. Keberanian

Yang pertama adalah keberanian. Keberanian sendiri juga memiliki motif yang beragam. Bisa karena tuntutan dari sulitnya kebutuhan dan juga tuntutan gaya hidup.

Untuk yang pertama masi kita bedah dari sisi pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan hidup memang perlu dipenuhi guna terus menciptakan hidup yang berkelanjutan. Dan dalam fakta lapangan, tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Ada beberapa orang yang harus berjuang secara penghabisan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Maka pada titik hampir menyerah, sebagian ada yang menciptakan keberanian untuk melakukan tindak korupsi.

Yang kedua adalah karena tuntutan gaya hidup. Yang kedua ini lebih miris lagi, karena secara kebutuhan mereka sudah cukup namun menginginkan lebih.

Mirisnya keberanian ini berkedok isi hati yang mengatakan "tidak apa-apa". Jadi pelakunya berfikir untuk membela perlakuannya tersebut. Disatu sisi, ada juga yang isi hatinya mengatakan tidak benar namun tetap menetapkan keberanian.

2. Kesempatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun