Kesepian memang menjadi ironi perasaan yang membuat pelakunya merasa hampa dan tidak bersemangat. Jadi bisa saja seseorang mengharapkan pernikahan sebagai jalan menemukan teman hidupnya agar tidak kesepian.
Tentu saja alasan ini keliru. Pernikahan bukan pelarian. Jika menikah dengan seseorang yang tidak dapat mengobati rasa kesepian kita, maka yang ada justru rasa kecewa. Menyesal mengapa tidak mencari orang tepat agar terbebas dari kesepian.
3. Menikah karena ingin ada yang membahagiakan
Jika menikah karena ingin ada yang membahagiakan, maka pikiran kita sudah dipenuhi harapan kosong dan bertabur ilusi. Why ? Karena menikah tidak sesimple itu. Jika menikah karena harapan ini, harusnya menyiapkan hati untuk kecewa.
Orang-orang dengan keinginan seperti ini bisa jadi terjebak terjebak dengan kepercayaan setengah ilusi pada kisah-kisah drama yang kebanyakan happily ever after.
Karena dalam hidup ini, kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Kebahagiaan tidak selalu hadir meski orang lain memberi kita cinta lebih. Atau juga bisa kita tidak bisa merasa cukup dengan kebahagiaan yang orang lain berikan.
Jadi sebaiknya meminimalisir ilusi bahagia dari sebuah pernikahan. Bahkan jika seseorang menikah dengan orang yang tepat sekalipun, kehidupan pernikahan tidak selalu dipenuhi dengan keindahan dan kebahagiaan.
4. Menikah karena minder melihat orang lain sudah menikah
Ini masalah yang sering terjadi di kalangan orang dewasa. Memasuki fase usia 20-an keatas atau bahkan sebelumnya, undangan pernikahan akan datang siih berganti. Pose-pose bahagia dari teman menghiasi beranda sosial media.
Dengan fakta ini lantas kita menghela nafas, bertanya-tanya kapan kelak jodoh kita akan tiba. Secara tidak langsung disini kita merasa minder kenapa kita belum juga turut menyebar undangan.
Tapi, ingat kalau tahap kesiapan setiap orang untuk menikah berbeda-beda. Tidak semua orang harus melaksanakan pernikahan ditahun yang sama bukan ?