Juga hanging top yang dia gunakan dianggap terlalu terbuka karena menampakkan sebagian tubuhnya.
Tentu saja pakaian Hye jin adalah tren wanita modern Seoul, tempat tinggal Hye jin sebelumnya.Â
Namun Desa Gongjin belum menganut paham modernitas ala Seoul. juga karena warga Gongjin yang didominasi para orang tua, sehingga terjadi gap dalam cara pandang soal cara berpakaian.
Bagi Hye jin hal itu merepotkan ketika dia harus dikritik perkara gaya hidupnya. Toh harusnya mau dia menggunakan pakaian seperti apapun itu hak dia.
Namun poin pentingnya adalah Hye jin adalah pendatang. Maka mau tidak mau dia yang harus menyesuaikan diri. Dia harus beradaptasi dengan cara hidup warga Desa Gongjin. Dengan begitu Hye jin akan dapat diterima dengan baik.
2. Berusaha tidak menyinggung orang lain saat mengungkapkan tidak suka
Tidak semua manusia akan sempurna dalam pandangan kita. Akan selalu ada kekurangan yang dapat kita singgung-singgung. Hanya saja, meskipun perkara 'kekurangan' ini nyata adanya, namun tidak bisa sembarang diungkapkan layaknya pujian. Terkadan lebih baik bagi kita untuk menyimpan komentar negatif meski ingin sekali mengatakan.
Seperti bagaimana yang dialami Hye jin di desa nelayan gongjin. Hye jin adalah tipe gadis yang disamping kukuh memperjuangkan hal baik yang diyakininya, dia juga blak-blakan. Bahkan kepada senior tempatnya bekerja saja dia tidak segan mengungkapkan komentarnya yang 'tajam'. Toh memang yang dia ungkapkan fakta.
Dan kebiasaan ini terbawa hingga dia pindah ke Gongjin. Seperti biasa dia menyuarakan kata hatinya.Â
Entah itu soal rumah sewanya yang memiliki sedikit kekurangan, mengkritik toserba yang tidak menyediakan shampo eksklusif yang biasa dia gunakan, sampai mengkritik ahjussi kafe.
Benar semua itu adalah fakta. Namun ketika Hye jin mengungkapkannya, orang-orang yang bersangkutan justru merasa kesal dan tersinggung alih-alih merasa senang karena mendapat 'masukan'. Hal ini justru membuat Hye jin tidak disukai warga.