Ini adalah sedikit cerita tentang kisahku saat latihan naik motor. Ini bukan cerita yang dimulai sejak aku pertama kali mencoba latihan, tapi lebih jauh lagi. Cerita ini dimulai sejak aku belum punya keinginan untuk bisa naik motor.
Jadi, waktu aku sudah MA adikku yang baru kelas 6 SD minta dibelikan motor. Jadi adikku yang masih bisa dibilang kecil lebih dulu bisa naik motor daripada aku yang sudah bisa dikatakan dewasa.Â
Aku sih awalnya biasa aja nggak ada keinginan untuk bisa juga. Tapi karena melihat fakta-fakta sekitar kalau anak-anak seumuranku bahkan yang dibawahku sudah pada bisa naik motor, aku akhirnya pengen juga.
Singkat cerita aku latihan motor pakai punya adikku. Kebetulan motor adikku tuh gigian, jadi agak susah buat aku yang masih pemula, menurutku sih. Kala itu aku sudah berani menjalankan motor keliling lapangan, tapi sayangnya ada part dimana aku kebablasan ngegas dan lupa ngerem hingga akhirnya jatuh ke 'kalenan', sejenis selokan tapi nggak ada airnya.
'Kecelakaan' ini membuat beberapa bagian motor pecah dan harus diservis. Dan ternyata hari itu juga jadi hari terakhir aku latihan karena setelah itu motornya nggak boleh dibuat latihan lagi, takut kalau rusak lagi kayaknya yang punya.Â
Ya udah akhirnya aku pause latihanku bertahun-tahun bahkan hingga aku jadi anak kuliahan. Dan masa-masa ketika aku kuliah inilah keinginanku untuk bisa naik motor semakin menguat.
Selama bertahun-tahun kemudian setelah hari terakhir itu, akhirnya tibalah saatnya motor adikku mengalami kerusakan dan sepertinya tidak mungkin bisa digunakan lagi walau diservis. Jadi akhirnya beli motor lagi. Kebetulan kali ini belinya yang matic dan akhirnya kesempatan untuk latihan itu datang lagi.
Kesempatan ini datang ketika 'libur' corona. Aku kan pulang dan berada dirumah dalam waktu lama, jadi dalam waktu yang sangat lama itu aku akhirnya bisa latihan lagi. Kali ini aku lebih berhati-hati dalam latihan karena 'kecelakaan' dulu cukup membuatku trauma.Â
Aku membagi part-part latihan yang mana aku melakukannya secara bertahap sedikit demi sedikit. Dan akhirnya setelah sekitar 5 hari latiha aku bisa juga naik motor.
Bagiku ini sebuah pencapaian mengingat berapa tahun aku berharap bisa naik motor. Kapi kalau dibandingkan sama orang lain jelas nggak ada apa-apanya pencapaianku ini, sepele banget malah. Tapi ya namanya hidupku, jadi boleh dong kalau aku berbangga atas pencapaian ini, hitung-hitung sebagai upaya menghargai diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H