Sepeda ini memang sederhana, harganya juga nggak mahal tapi soal makna jangan ditanya. Ini jadi sepeda pertama yang kumiliki setelah kuharapkan bertahun-tahun, kurang lebih setahun yang lalu. Saat itu aku belum bisa naik motor, jadi punya depeda jadi alternatif agar aku bisa bebas kemana-mana.
Yang unik itu adalah bagaimana aku mendapatkan si sepeda. Ceritanya itu, aku mau mulai kerja di suatu tempat. Nah, tempat kerjanya itu jauh banget sama kosanku. Kalau di tempat kerja sebelumnya aku jalan kaki, tapi kalau tempat kerja yang satu ini nggak mungkin jalan kaki.
Sayangnya, saat itu aku lagi nggak punya uang kalau mau beli sepeda buat wara-wirinya. Dan calon bosku itu tau kesulitanku dalam hal kendaraan buat kerja, hingga akhirnya beliau kasih aku uang dulu buat beli sepeda. Nantinya uang yang dipinjamkan diawal itu dipotongkan dari gaji bulan pertamaku. Begitulah bagaimana akhirnya aku bisa memiliki si sepeda.
Dan dengan adanya sepeda itu, aku jadi sedikit mudah kalau mau kemana-mana. Kalau biasanya harus jalan kaki atau naik ojol, jadi lebih praktis dan aku bisa kemanapun kapanpun. Karena aku itu tipe orang yang suka 'kluyuran' memang, apalagi kalau lagi nganggur di kos. Daripada aku gabut, biasanya aku bersepeda keliling kompleks sekali dua kali putaran. Segitu gajenya aku ya?
Yang lebih seru lagi kalau bersepeda pagi-pagi ba'da subuh. Selain karena udara yang masih segar bebas polusi juga jalanan masih sepi, jadi serasa jalanan milik sendiri. Hmm, jadi kangen aku sama hal-hal seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H