Staoisisme atau stoasisme di Indonesia sering disebut filosofi teras atau filsafat teras, dimana orang-orang yang  mempunyai kepercayaan bahwa segala sesuatu fakta fenomena yang terjadi atau objek yang terjadi selalu mengikuti hukum alam dan bekerja diatas logika yang berjalan. Ketika filsafat diajarkan maka masing- masing atau sekelompok orang ketika bertemu akan memiliki pemikiran yang sama dan dinamis maka mereka akan membangun sebuah budaya dimana kebijaksanaan akan sangat dijunjung tinggi maka disebut filosofi (filo berarti cinta dan sofia berarti kebijakan).
Bagi kaum stoa, jiwa sebagai subtansi rasional (akal) yang tidak hanya menggunakan logika tetapi memahami proses yang terjadi pada alam semesta dan bagi mereka menjalani hidup sesuai akal dan keutamaan / kemuliaan berarti hidup harmoni dengan aturan alam semesta. Stoicisme mengajarkan bagaimana untuk mengendalikan diri (self control) dari rasa marah, iri, dengki ataupun sombong dan ketabahan sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif tersebut. Sebenarnya secara tidak sadar emosi negatif seperti marah dan sedih berasal dari persepsi diri sendiri terhadap fenomena atau peristiwa yang terjadi.
Salah satu contoh dalam kehidupan sehari hari, jika kita tidak diajak bicara dengan teman-temannya sekali saja, mungkin kita akan merasa sedih, marah dan jengkel sehingga kita menjelek-jelekkan teman tersebut atau bahkan menganggap mereka bukan teman lagi.
Tetapi jika kita lebih tenang, hal yang kita alami hanya tidak diajak bicara  dengan teman sekali saja, tetapi karena kita membangun persepsi berlebihan justru kita yang akan kehilangan teman selama-lamanya. Padahal bisa saja mereka tidak mengajak kita bicara karena topik yang dibicarakan tidak penting atau tidak cocok dengan situasi pada saat itu.
Stoisisme mengajarkan bahwa untuk melihat sesuatu hal secara tidak berlebihan dan fokus saja pada kejadian serta situasi yang ada, dengan begitu kita bisa mengendalikan emosi dan sebaiknya membuat persepsi yang positif sehingga membuat kita lebih bersemangat.Â
Mungkin dengan berfikir bahwa teman-teman sedang membicarakan rencana untuk membuat kejutan untuk kita sehingga mereka tidak mengajak kita berbicara, dengan begitu perasaan sedih atau jengkel tidak akan muncul.
Stoisisme sangat mementingkan pada keselarasan dengan alam dan penggunaan nalar manusia agar menjadi manusia yang tangguh dan dapat menemukan kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H