Mohon tunggu...
Devie Purwanti
Devie Purwanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Merubah Pandangan dan Stigma Negatif Bagi Pengidap HIV/AIDS

6 Desember 2024   18:05 Diperbarui: 6 Desember 2024   18:08 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan masalah serius yang menghambat pencegahan dan penanganan penyakit ini. Pandangan negatif yang berkembang di masyarakat sering kali disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang HIV/AIDS dan cara penularannya. Seperti yang sudah kita ketahui, HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. HIV/AIDS merupakan suatu virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh. Permasalahan HIV/AIDS telah meluas sejak lama dan selalu menjadi isu yang sangat menarik perhatian berbagai kalangan di seluruh dunia, terutama pada sektor kesehatan. Penyakit HIV/AIDS ini terkadang masih mendapatkan stigma yang buruk bagi sebagian masyarakat dan berdampak bagi pengidap. Mengidap HIV/AIDS bukanlah akhir dari segalanya bagi penderita. Pengidap masih bisa menjalankan hidupnya seperti biasa tanpa ada batasan apapun.

Masyarakat saat ini masih ada yang memiliki pemikiran bahwa mengidap HIV/AIDS dikarenakan melakukan pebuatan yang tidak seharusnya dilakukan. Padahal, HIV/AIDS dapat tertular bukan hanyaa dari perilaku tersebut saja. Penyakit HIV/AIDS bisa tertular dari ibu kepada anaknya yang masih berada di dalam kandungan. Merubah pandangan buruk terhadap penderita HIV/AIDS memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Dengan meningkatkan edukasi, memberikan dukungan sosial, mengubah narasi media, serta menerapkan kebijakan yang adil, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi ODHA. Hal ini tidak hanya akan membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih baik tetapi juga berkontribusi pada upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.

Stigma tentang ODHA yang timbul di lingkungan masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu tingkat pengetahuan seseorang. Salah satu hambatan yang paling besar dalam melakukan pencegahan penyakit HIV/AIDS di Indonesia ini ialah masih tingginya stigma masyarakat terhadap pengidap HIV/AIDS. Pengidap HIV/AIDS masih dapat melanjutkan kehidupan sehari-hari dengan melakukan berbagai kegiatan positif atau bahkan memiliki kemampuan lebih yang tidak dimiliki oleh manusia biasanya. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi suatu kisah yang menginspiratif banyak orang. Sekarang ini, sudah banyak pengidap HIV/AIDS yang memberikan kisah inspiratif hingga ia dapat bertahan hidup hingga saat ini. Hal tersebut membuktikan bahwa memiliki penyakit HIV/AIDS bukanlah akhir dari segalanya.

Adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kedokteran bukan berarti stigma pada ODHA sudah hilang begitu saja. Stigma yang timbul terhadap seseorang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) masih menjadi suatu tantangan besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan masyarakat terhadap HIV dan orang yang hidup dengan HIV sering kali disebabkan adanya kurang informasi yang akurat dalam menerima berita, mitos budaya yang tertanam kuat ataupun turun menurun, dan prasangka seseorang. Persepsi negatif tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan mental ODHA, tetapi juga berdampak pada kesehatan mereka seperti dalam hal mengakses layanan kesehatan, dukungan sosial, dan bahkan kesempatan untuk bekerja. Dalam situasi seperti ini, peran keluarga sangatlah penting bagi ODHA. Bagi ODHA, dukungan keluarga tidak hanya memberikan kenyamanan emosional saja, tetapi juga menjadi suatu pilar kekuatan dalam mengatasi dan melewati tantangan penyakit menular ini. Selain itu, lingkungan masyarakat yang sehat dan dukungan sosial juga dapat membantu ODHA dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan lingkungan sekitar ataupun kerabat dekat. Misalnya seperti memberi dukungan bagi pengidap HIV/AIDS. Misalnya dukungan yang diberikan dari keluarga. Adanya keberadaan anggota keluarga yang mendukung, dapat diartikan bahwa keluarga masih menginginkan anggota keluarganya yang sakit tersebut dalam keadaan yang tidak terlalu tertekan dengan keadaan yang dialami anggota keluarga. Dukungan tersebut juga sangat membantu ODHA untuk menjalani kehidupan sehari-hari agar berkualitas dan produktif. Cara tersebut dapat dilihat dari dukungan keluarga seperti sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk merubah pandangan atau stigma negatif bagi pengidap HIV/AIDS yaitu perlu adanya edukasi masyarakat tentang HIV/AIDS. Sosialisasi melalui seminar, lokakarya, dan program pendidikan di sekolah dapat membantu menjelaskan cara penularan virus ini, yang tidak terjadi melalui kontak biasa seperti berjabat tangan atau berpelukan. Peran suatu komunitas juga sangat perlu supaya ODHA akan merasa lebih diterima dan tidak sendirian dalam menghadapi penyakitnya. Media juga memiliki peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat. Mengedukasi media untuk menyajikan informasi yang akurat dan positif tentang ODHA dapat membantu mengubah narasi negatif yang ada. Cerita inspiratif tentang ODHA yang berhasil menjalani hidup sehat dapat menjadi contoh bagi masyarakat. Adapun perlindungan huku, yang dapat mengimplementasikan kebijakan yang melindungi hak-hak ODHA di tempat kerja, pelayanan kesehatan, dan pendidikan juga penting. Kebijakan ini harus menekankan bahwa diskriminasi terhadap ODHA tidak boleh ditoleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun