Mohon tunggu...
Devi AyuRistiana
Devi AyuRistiana Mohon Tunggu... Guru - SMK Pontren Darussalam Demak

Seorang Ibu anak dua dengan profesi menjadi seorang guru disalah satu sekolah swasta di daerah Demak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimalisasi Pembelajaran Bahasa Jawa Melalui Games

8 Mei 2024   18:52 Diperbarui: 9 Mei 2024   15:11 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAHASA Jawa menjadi mata pelajaran yang tidak populer di sekolah. Selain karena termasuk pelajaran muatan lokal yang alokasinya hanya 2 jam per minggu, pembelajaran aksara Jawa sering dianggap sulit dan membosankan. Dari beberapa kajian dan pengalaman lapangan yang pernah dilakukan para guru Bahasa Jawa membuktikan bahwa pembelajaran aksara Jawa paling tidak disukai oleh peserta didik.

Bahasa Jawa merupakan pelajaran yang mempresentasikan ciri khas daerah yang diharapkan agar siswa dapat mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri. Dalam Bahasa Jawa, siswa diajarkan unggah-ungguh, budi pekerti yang agung yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Unggah-ungguh Bahasa adalah sebuah tatanan yang berfungsi untuk mengatur bagaimana seseorang berkomunikasi secara santun atau beradab dengan orang lain. Menurut Nurhayati (2004: 1), mungkin memang sudah saatnya pelajaran Bahasa Jawa memerlukan inovasi karena jika guru masih bertahan pada metode lama yang sekedar ceramah, tanya jawab, dan cerita, pelajaran ini akan semakin menjatuhkan siswa dari materi belajar Bahasa dan sastra jawa.

Di SMK Pontren Darussalam Demak, guru perlu menata diri lebih matang memilih metode, strategi, dan teknis yang sesuai dengan kondisi kelas. Pendekatan komunikatif harus sering dilakukan dengan cara memperbanyak interaksi dan membiasakan percakapan menggunakan Bahasa krama. Siswa tidak hanya sebagai pendengar tapi juga aktif bercerita dan menjawab pertanyaan. Hal ini juga dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan mengapresiasi sastra.

Metode berikutnya adalah dengan permainan. Belajar Bahasa dan sastra jawa akan menjadi pembelajaran menjadi menarik dan gembira, serta merangsang daya pikir siswa. Misalnya, bermain dengan lagu dolanan anak seperti Cublak-Cublak Suweng, Praon, Menthok-Menthok, dan lain-lain.

Edward T. Hall dalam Hadfield (1999: 8-10) menyatakan tentang pentingnya permainan (games) dalam suatu pembelajaran. Salah satu kesalahan terbesar dalam pendidikan adalah overstructuring, yang tidak membolehkan siswa bermain di setiap titik pada proses pendidikan.

Games yang diterapkan diharapkan mengarah kepada keakuratan (accuracy) dan kelancaran (fluency) tanpa harus meninggalkan unsur fun atau kesenangan. Beberapa teknik yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa antara lain kesenjangan informasi (information gap), menerka (guessing), mencari (search), menjodohkan (matching), mengganti, menukar (exchanging), mengumpulkan (collecting), menggabungkan dan menyusun (combining and arranging), teka-teki (puzzles), permainan kartu (card games), dan role play.

Pembelajaran Aksara Jawa Menggunakan Flash Card
Pembelajaran Aksara Jawa Menggunakan Flash Card

Permainan Bahasa Jawa ini dapat dikombinasikan atau dirangkai dengan menggunakan lagu-lagu dolanan anak. Misalnya permainan teka-teki, merangkai kata, huruf jawa, permainan tebak lagu, cangkriman, dan sebagainya dapat digunakan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran dengan menggunakan games telah terbukti dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar Bahasa Jawa. Para siswa mulai senang pada mata pelajaran dan tidak akan hilang karena perkembangan kemajuan IPTEK siswa tetap memiliki budaya unggah-ungguh sebagai kepribadian bangsa yang berbudaya dan bermartabat.

Dengan langkah-langkah tersebut di atas, siswa dan guru akan ikut tertantang dan masuk ke dalam sebuah pertanian. Permainan dapat dikembngkan terus-menerus menggunakan berbagai ide dan pola tergantung kebutuhan.

Permainan juga dapat dilakukan dengan bermain kata. Model ini diharapkan untuk tujuan meningkatkan penguasaan kosakata siswa, baik ngoko maupun krama. Wujud permainan ini dilakukan dengan teka-teki silang (TTS) dan skrebel.

Tujuan akhir dari pelajaran mulok Bahasa Jawa adalah kemampuan menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan metode yang integratif, yaitu materi bahasa sastra dan budaya yang saling mendukung dan menyenangkan, semoga kita sebagai guru mampu menumbuhkan kembali rasa cinta generasi muda terhadap bahasa dan budaya daerah sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun