Â
Burung enggang atau rangkong adalah salah satu hewan dari kelas Aves yang berasal dari Kalimantan Barat. Di daerah Kalimantan Barat burung ini digunakan sebagai ikon daerah. Burung yang berasal dari Kingdom : Animalia, Subkingdom : Bilateria, Phylum : Chordata, Subphylum : Vertebrata, Class : Aves, Order : Bucerotiformes, Family : Bucerotidae, Genus : Rhinoplax dan Species : Rhinoplax vigil (J. R. Forster (1781) dalam ITIS, 2006) ini memiliki beberapa manfaat yang penting bagi lingkungan dan peradaban manusia sehingga burung ini perlu dilestarikan mengingat populasinya yang kian menurun.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan konservasi Burung Enggang Gading untuk menghilangkan perdagangan dan untuk melindungi populasi Enggang Gading serta habitat mereka di seluruh jangkauan alam mereka dan untuk mengumpulkan dan berbagi informasi yang diperlukan untuk mempertahankan populasi Enggang Gading yang layak dan untuk memulihkan mereka yang terkena dampak perdagangan dan ancaman lainnya, di seluruh kisaran alami spesies.
Burung Enggang Gading (Rhinoplax vigil) ini memiliki ciri-ciri yaitu memiliki ukuran tubuh 120 cm dan ditambah pita pada ekor tengah 50 cm berwarna coklat dan putih, terdapat surai Panjang di ekornya berwana putih dengan garis hitam melintang dan garis putih selebar sayap, memiliki tanduk kuning merah-padam, tinggi berbentuk agak kotak, pada usia mudanya memiliki paruh dan mahkota yang berwarna putih, dengan bertambah usianya, pada bagian paruh dan juga pada bagian mahkotanya bisa berubah warna menjadi oranye atau merah.
Hal ini disebabkan karena burung Enggang Gading ini kerap menggesekkan bagian paruhnya ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang berada di bawah ekornya, memiliki suara sangat khas dan nyaring dan berkembangbiak dengan cara bertelur dengan masa berbiak 150 hari.
Salah satu perilaku Burung Enggang Gading ini yaitu ia senang sekali bertengger di pohon yang tinggi, oleh sebab itu, habitat Burung Enggang Gading ini yaitu di hutan atau di pohon-pohon yang tinggi. Selain itu, sebelum terbang akan memberikan tanda dengan cara mengeluarkan suara yang terdengar cukup keras. Pada saat telah mengudara kepakan sayap enggang akan membunyikan suara yang memang terdengar dramatic. Di habitatnya, biasanya Burung Enggang Gading ini hidup secara berkelompok dengan jumlah 2 sampai 10 individu per kelompok. Musim bertelurnya dari bulan April---Juli.
Burung Enggang Gading pada ekosistemnya yaitu hutan tropis, memiliki peran penting dalam menjaga dinamika ekosistemnya dengan cara regenerasi hutan melalui pemencaran biji dari buah yang dimakannya (menebar biji buah buahan yang menjadi makanannya hingga sejauh 100 kilometer hingga burung rangkong ini sampai mendapatkan julukan petani hutan yang tangguh) (Franco dan Misa, 2019).
Selain itu, dari sisi ekonomi, paruh burung enggang ini biasanya diperjualbelikan dengan harga yang mahal untuk digunakan sebagai batu cincin. Selain itu, paruh burung dan bulu burungnya digunakan untuk hiasan kepala yang kemudian diperjualbelikan dengan harga yang mahal.
Dari sisi sosial budayanya, masyarakat Kalimantan Barat khususnya suku Dayak percaya bahwa Burung Enggang Gading ini merupakan simbol keberuntungan (akan membawa keberuntungan), sehingga banyak masyarakat yang terobsesi untuk memelihara burung ini. Selain itu, bulu burung enggang ini biasanya digunakan sebagai properti untuk upacara adat dan tari tradisional masyarakat suku Dayak. Masyarakat juga percaya bahwa paruh burung ini juga digunakan sebagian orang sebagai pusaka yang dianggap dapat menguatkan mental dalam diri seseorang.
Namun, sayangnya populasi burung enggang kini semakin menurun. Menurut data riset, terakhir kali pada tahun 2017, dilihat 20 ekor Enggang Gading di kawasan konservasi Kalimantan Barat. Eksistensi burung enggang sudah sangat langka atau terancam, bahkan telah masuk dalam redlist IUCN, yang artinya keberadaannya sudah sangat sulit untuk ditemui. Ini dibuktikan akhir Agustus 2018 status burung enggang gading masuk ke dalam kategori Critically Endangered pada populasinya. Artinya hewan ini terancam punah. Populasi burung rangkong gading atau enggang gading kian susut sejak tahun 2012.
Faktor-faktor yang mengancam populasi Burung Enggang Gading (Rhinoplax vigil) yaitu perburuan liar pun menjadi penyebab utamanya. Selain perburuan dan perdagangan, ancaman kepunahan rangkong gading dipengaruhi oleh aturan yang ada belum dapat menjawab tantangan dan persoalan yang ada di lapangan.