Kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan semenjak munculnya pandemi Covid-19. Berbagai sektor usaha dan bisnis harus memutar otak untuk mempertahankan kelanjutan pekerjaannya di tengah pandemi. Hal tersebut memang tidak mudah karena adanya beberapa kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah dan harus ditaati oleh masyarakat. Beberapa kebijakan menimbulkan kerugian bagi sektor usaha dan bisnis, salah satunya UMKM.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu kegiatan usaha yang ikut serta dalam meningkatkan pertumbuhan dan perekonomian nasional. Penghasilan yang diperoleh dari kegiatan UMKM cukup besar. Namun, semenjak adanya pandemi Covid-19, kerugian sangat dirasakan oleh para pelaku UMKM baik dari segi pendapatan, permintaan maupun penawaran. Hal tersebut berakibat pada produktivitas UMKM yang menurun sehingga berujung pada ketidakmampuan pelaku usaha untuk mencapai target penjualan.
Keterpurukan UMKM ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia salah satunya di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi. Dampak pandemi Covid-19 ini tentu dirasakan oleh masyarakat Desa Karangdoro salah satunya Ibu Raniye. Ibu Raniye merupakan salah satu pelaku usaha UMKM yang bergerak di bidang perdagangan. Beliau memiliki usaha toko pakaian yang sudah berdiri selama 6 tahun. Lokasinya berada di tengah pasar Blokagung yang merupakan pasar tradisional terbesar di Desa Karangdoro.
Menurut penuturan beliau, pendapatan usaha toko pakaian ini sangat lumayan besar karena pakaian yang dijual selalu mengikuti tren fashion yang sedang populer sehingga ramai dicari oleh para konsumen. Namun, selama pandemi Covid-19 mulai tahun 2020 hingga saat ini, omset penjualan sangat menurun drastis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu menurunnya konsumen yang berbelanja di pasar tradisional karena mereka beranggapan bahwa pasar tradisional kurang higienis sehingga cenderung takut terpapar virus corona. Faktor penjualan secara offline yang kurang efektif karena jam operasional toko yang terbatas juga menjadi salah satu penyebab menurunnya omset penjualan Ibu Raniye. Selain itu, kurangnya pengetahuan mengenai digital marketing, menyebabkan usaha toko pakaian Ibu Raniye sulit berkembang.
Berbagai permasalahan penjualan yang dialami oleh Ibu Raniye, mendorong penulis untuk menyalurkan beberapa inovasi melalui program KKN Back to Village 3 Universitas Jember (http://unej.ac.id) Kelompok 06 dengan Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Dr. Esti Utarti, S.P., M.Si. Penulis melihat potensi toko pakaian Ibu Raniye yang cukup besar untuk dipasarkan secara online. "Pemasaran online (Digital Marketing) saat ini sangat menjanjikan bagi para pelaku usaha. Sehubungan dengan beberapa kebijakan pemerintah mengenai pembatasan, program digital marketing dan online shop merupakan salah satu solusi terbaik untuk mempertahankan usaha di tengah pandemi. Beberapa keuntungan dari program ini yaitu konsumen akan dimudahkan dengan berbelanja secara online tanpa harus datang ke pasar, begitu pula dengan seller akan memiliki banyak waktu untuk memasarkan jualannya tanpa harus dibatasi oleh jam operasional pasar" ungkap Devi, Senin (23/08/2021).
Program kerja yang dilakukan penulis meliputi beberapa kegiatan diantaranya yaitu pelatihan foto produk aesthetic agar menarik pembeli online, pelatihan desain grafis yang meliputi pembuatan logo toko, kartu pengiriman dan banner, pembuatan media promosi online seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook, mendampingi pendaftaran toko mitra kerja pada situs Marketplace (Shopee) untuk mempermudah transaksi jual-beli secara online dan juga melakukan kerja sama dengan pihak lainnya (paid promote) agar produk lebih dikenal luas.Â
http://unej.ac.id) BTV 3 ini, Ibu Raniye selaku mitra kerja mampu untuk memulai berbisnis secara online agar lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatannya dan toko pakaian Ibu Raniye dapat dikenal secara luas melalui media online.
Penulis berharap melalui program kerja KKN UNEJ (