Mohon tunggu...
Devianto Kusuma
Devianto Kusuma Mohon Tunggu... profesional -

Sedang menyusun rencana baru untuk menguasai dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradoks : Indonesia Super Besar adalah Anugerah, Indonesia Super Besar adalah Petaka

5 Desember 2011   01:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:49 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama, saya asumsikan dulu bahwa para pembaca yang budiman pastilah melek internet dan pernah mengenyam bangku sekolah sama seperti halnya saya.

Kedua, dengan asumsi di atas bolehlah saya menggunakan kata ganti "kita" untuk menandakan bahwa kita berada dalam satu dunia. Dunia yang katanya lebih maju dari "mereka".

Ketiga, Saya menggunakan kata ganti "mereka" untuk menyebut saudara-saudara kita di pelosok yang belum melek teknologi.

Keempat, saya hanya mau sedikit bernostalgia saja koq dengan pengalaman Kuliah Kerja Nyata "kami"beberapa tahun yang lalu.

Kelima, saya menggunakan kata ganti "kami" untuk menyebut saya dan teman-teman KKN saya.

Keenam, inilah ceritanya…

Saya, seperti manusia yang pernah kuliah lainnya, pastilah pernah merasakan apa yang namanya KKN.KKN adalah 3 buah SKS unik dalam masa kuliah, dimana kita tidak duduk di kelas atau praktikum di Laboratorium atau praktek di perusahaan.

KKN adalah sebuah mata kuliah kehidupan saya bilang, mata kuliah dimana kita dalam satu tim dadakan harus terjun dan berinteraksi dengan masyarakat selama kurang lebih satu bulan lamanya dalam suatu misi mengaplikasikan ilmu yang telah kita peroleh di bangku kuliah untuk membantu masyarakat.

Membantu masyarakat desa yang katanya kurang melek pendidikan.Cocok sekali, tema KKN saya waktu itu adalah Pemberantasan Buta Aksara (PBA).

Kami waktu itu satu tim beranggotakan 10 orang. 1 orang dari Fakultas Perikanan, 2 orang dari fakultas teknik termasuk saya, dan 7 orang dari fakultas kedokteran.

Jarak lokasi KKN di kecamatan Kertanegara Purbalingga dari kota kecil kami Purwokerto sebenarnya tak terlalu jauh. Hanya sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan motor.Tetapi ternyata perbedaan fasilitas dan karakteristik sosial sungguh jelas terasa.

Di sini tak ada internet, sinyal HP susah, banyak nyamuk, tidak ada Alfamart - Indomaret, tidak ada kulkas-kecuali ditempat pak Kades, rumah-rumah penduduk yang sangat sederhana, makanan istimewa bernama Nyimplung (akan saya jelaskan nanti), jam 8 malam sudah sepi nyenyet-sejauh mata memandang hanya areal persawahan dan perkebunan luas yang gelap tanpa lampu penerangan, tidak ada rumah sakit dan dokter-hanya puskesmas kecil dan seorang bidan desa, SMP terdekat sejauh 15 kilometer, SMA terdekat sejauh 25 kilometer, dan paling parah serta memprihatinkan pemirsa, disini tidak ada warung mie ayam! Bisa anda bayangkan itu?

Argh.. Serasa terisolir dari peradaban pokoknya...

[caption id="attachment_146565" align="alignnone" width="252" caption="Foto : Yang pasti bukan dokumentasi pribadi presiden SBY"][/caption] [caption id="attachment_146579" align="alignnone" width="262" caption="Foto : Yang pasti bukan dokumentasi pribadi presiden SBY"][/caption]

Belum lagi, dari posko KKN, kami harus berjalan kaki beberapa kilometer melewati kuburan naik turun bukit tanpa ada lampu penerangan jalan dan pengguna jalan lain selain kami, untuk menuju rumah warga belajar. Ini harus kami tempuh setiap hari, sering kali malam hari. Benar-benar horor.

Apakah anda berpikir bahwa pemerintah seharusnya membangun akses transportasi dan penerangan yang layak di sini? Apakah anda berpikir bahwa pemerintah seharusnya membangun fasilitas kesehatan, pendidikan, hiburan, dan ekonomi di sini?

Apakah anda berpikir bahwa hidup kita di kota sungguh nyaman berbahagia sementara mereka di pelosok desa begitu sengsara, bodoh, dan serba kekurangan?

Tadinya sebelum kesana dan hidup di sana saya berpikir seperti itu.

Sekarang tidak.

Oke saya jelaskan alasannya.

Pertama, mereka tidak bodoh. Mereka tidak lemah. Mereka tidak sengsara. Mereka bisa berjalan lebih jauh dari kita bahkan tanpa alas kaki, bisa makan lebih sedikit dari kita tapi lebih berotot dari kita, bisa menahan sakit lebih dari kita, Lebih kuat fisiknya dari kita yang makan 4 sehat 5 sempurna, Lebih terampil memanjat pohon dari kita, Memilik survival instict yang lebih baik dari kita, Lebih jujur dari kita, Lebih mudah mendapat kebahagiaan dari kita.

Tak percaya mereka lebih mudah mendapat kebahagiaan dari kita?

Mereka, para warga belajar kami, mendapat masing-masing 1 buah buku tulis, 1 buah pensil, dan 1 buah penghapus dari kami untuk membantu proses belajar mengajar. Mereka begitu bahagia sangat menghargai dan pemberian kami dipegang baik-baik layaknya sebuah harta berharga.

[caption id="attachment_146567" align="alignnone" width="318" caption="Foto : Yang pasti bukan dokumentasi pribadi presiden SBY"][/caption]

Kalau anda yang saya kasih buku,pensil, dan penghapus, apakah bisa sebahagia mereka? Saya rasa tidak.

Bahkan, ketika kami berjalan dan menghadiahkan mereka senyuman, mereka akan sangat respek dan menyambut kita bagaikan seorang raja. Kalau anda saya kasih senyuman padahal kita tak saling kenal, bisa jadi anda berpikir, “mau ngapain nih orang senyum-senyum? Sok kenal.. ”.

Faktanya, mereka tidak sengsara. Hidup mereka "lega" dan normal adanya bersama kesederhanaan dan kesahajaan mereka. Kita lah yang sengsara ketika mengunjungi dunia mereka.

Anda tahu? Ternyata mereka juga sengsara ketika mengunjungi dunia kita. Dunia penuh kebisingan diantara lautan manusia yang dekat tapi tak saling mengenal tak saling bertegur sapa, saling curiga antar sesama,sedikit kegiatan fisik lebih banyak duduk di dalam kotak beton bernama kantor, terikat jam dan segala macam aturan kedisiplinan, dunia hanya selebar layar BB, panas menyengat dan polusi karbon monoksida langsung menyerang begitu meninggalkan kotak beton..

Urgh...

Jujur, itu hanya imajinasi saya terhadap Jakarta. Hehehe…

Jangan iri ya, saya yang ganteng ini hidup di kota terbaik di Dunia koq-Purwokerto.:-P

Kedua, Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil,Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Jumlah penduduk Indonesia adalah 222 juta jiwa pada sensus penduduk 2006, dengan pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim.

Dengan kondisi geografisseperti ini, bukanlah hal yang mudah bagi pemerintah untuk membangun berbagai fasilitas sampai keseluruh pelosok Indonesia. Lokasi KKN saya masih di pulau jawa sudah begini, apalagi bagi penduduk di wilayah pedalaman atau penduduk di pulau-pulau kecil yang jaraknya jauh dari pulau utama.  Sebenarnya pemerintah tak salah memprioritaskan pengadaan fasilitas- fasilitas di wilayah perkotaan terlebih dahulu, karena di situlah konsentrasi terbesar penduduk Indonesia. Namun demikian, pemerintah juga harus tetap memperhatikan wilayah-wilayah terpencil yang jarang penduduknya.

Tapi jangan terlalu berharap deh akan terjadi pemerataan pembangunan dalam waktu dekat, kalau tak terwujud nanti bisa depresi dan frustasi.

Malah menurut saya, ada hal-hal yang lebih baik tak berubah koq.

Indonesia seperti apa yang anda inginkan?

Apakah A. Indonesia adalah kota besar. Penuh gedung pencakar langit dan fasilitas-fasilitas yang memanjakan manusia.

[caption id="attachment_146575" align="alignnone" width="324" caption="Foto Jakarta entah punya siapa, tinggal comot di lepi"][/caption]

Kelebihan :

-Akses apapun dan kemanapun mudah,kecuali kalau macet, tetapi walau macet juga masih lebih mudah daripada harus menempuh 6 jam jalan kaki naik turun gunung menembus hutan untuk menujurumah sakit kan?

- Segala fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, dan ekonomi lengkap.

- Sumber daya manusia bertebaran.

Kelemahan :

- Individualistik

- Polusi

- Tingkat kriminalitas dan kecelakaan tinggi

- Siap-siap impor beras saja deh kalau seluruh wilayah Indonesia jadi kota.

- Rusaknya ekosistem alami

- Pemukiman kumuh bagi orang-orang yang kalah bersaing

Ataukah B. Indonesia adalah desa. Hutan lestari, sawah terhampar luas, pemandangan nan asri dan udara yang sejuk?

[caption id="attachment_146577" align="alignnone" width="327" caption="Foto : Yang pasti bukan dokumentasi pribadi presiden SBY"][/caption]

Kelebihan :

- Kelestarian alam terjaga

- Kekerabatan antar masyarakat tinggi

- Tingkat kriminalitas dan kecelakaan rendah

- Logistik Indonesia selalu aman

Kelemahan:

- Fasilitas pendidikan,ekonomi, hiburan, kesehatan jauh dan aksesnya pun jauh.

Jangan-jangan anda ingin tinggal di kota yang lestari, bebas polusi, segala fasilitas ada, penduduk belum terlalu padat dan tak ada pemukiman kumuh ya? Naif.

Saya ingatkan lagi, Indonesiaadalah negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil,Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Jumlah penduduk Indonesia adalah 222 juta jiwa pada sensus penduduk 2006. Bisa anda bayangkan itu?

Saya mohon, jangan bandingkan Indonesia dengan Singapura lah, Singapura itu tak lebih besar dari karisidenan Banyumas...Uang, kayu, dan nasi di sana juga dari kita koq.

Mau bikin seperti Singapura? Gampang...

Jual saja 1 atau 2 pulau di Indonesia, uangnya buwat membangun "Taman Mini Indonesia Indah". Ya seperti semacam suatu miniatur kompleks elit tersistematis gitu lah.. Ntar saya yang jadi presiden di situ. Kemudian yang boleh masuk dan jadi warganya hanya orang intelek dan punya duit. Jadi deh..

Paradoks : Indonesia super besar adalah anugerah, Indonesia super besar adalah petaka. Seorang guru lebih mudah mengatur anak TK sekelas 5 orang daripada sekelas 5 ribu orang kan? Apalagi 5 ribu orang itu budaya dan agamanya beragam. Weleh-weleh… Ganti lah jangan menggunakan petaka, bikin pesimis saja. Kata “tantangan” mungkin lebih baik

Jangan contoh Singapura, Arab, Jepang, Inggris, atau Amerika…Karakteristik Budaya, SDA, dan SDM kita terlalu jauh dari mereka..

Berat diakui, contohlah Malaysia saja ya.. Hahahah..

Sebenarnya, keseimbangan lah solusinya..

Ya seperti Purwokerto ini..

"The Best City on the World" lah.. :-D

Segala macam fasilitas ada, namun lahan pertanian masih luas. Hutan di Gunung Slamet sana masih hijau. Jumlah penduduk cukup segini saja lah, kebanyakan ntar ribet. Yang kurang di sini cuma 2 hal. Laut dan Bandara.

Tapi jangan ada Bandara ding, semakin mudah akses kesini, menarik semakin banyak orang dari luar, semakin ribet ntar urusannya.

Wong sekarang di sekitar Stasiun kereta juga sudah mulai di kerubuti "orang asing" entah dari mana koh..

Tapi yah, mencapai keseimbangan bukanlah hal yang mudah. Pasti selalu akan ada pro kontra dan konflik antar kepentingan. Namanya juga demokrasi. Saya dan anda sama-sama menyuarakan kebenaran, tetapi kadang seringkali kita beda pemikiran.  “Ngeyel” is Rock!

Solusi kedua adalah, "komunikasi".

Saya berpendapat, sambil menunggu pemerintah membangun fasilitas-fasilitas jalan,kesehatan, pendidikan, dll ke seluruh penjuru Indonesia, yang pertama harus dibangun adalah sistemkomunikasi. Kota dan desa saling membutuhkan koq. Kota membutuhkan daerah pelosok untuk menyokong logistik sekaligus untuk mejaga SDA dan kelestarian Indonesia. Daerah pelosok membutuhkan Kota dalam bentuk SDM dan teknologinya.

Dengan komunikasi, kita bisa segera tahu bahwa penduduk di Mentawai sana butuh pertolongan dan kita bisa segera bertindak.. Kita bisa segera tahu bahwa penduduk di Papua sana butuh pertolongan dan kita bisa segera bertindak..

Lah, kenapa saya tak menyuruh pemerintah saja yang bertindak? Ayolah.. siapa sih pemerintah itu? Pemerintah adalah ayah, ibu, om, tante, pak De, bu De, atau paman kita. Atau bahkan pemerintah itu adalah kita sendiri.

Kejadian lucu, saya punya teman seorang Sekdes. Dia kalo ada ini itu pasti ujung-ujungnya nyalahin pemerintah. “Oalah Duuuull… tak sadarkah engkau bahwa engkau juga adalah seorang pejabat pemerintahan?”

*Aduh, bikin rumah koq pake acara jauh-jauhan gitu siih? Bikin susah yang mau nolong saja.. Tapi itu harus, kalo gak di tempati kan sayang... :-P

Kata seorang teman, Indonesia adalah negara yang dipaksakan. Hahahah..

Bikin solusi di atas kertas dan jadi komentator memang paling mudah.

-----

NB :Nyimplung adalah makanan berupa singkong yang direbus bersama gula merah.Rasanya empuk, manis, makan sedikit sudah bikin negh dan cepat kenyang. Anda belum pernah mencobanya? Sekali-kali anda perlu mencobanya.

[caption id="attachment_146572" align="alignnone" width="258" caption="The Nyimplung"][/caption] [caption id="attachment_146574" align="alignnone" width="187" caption="Nyimplung dan gula merah adalah pacitan wajib selama KKN. Simbolisasi bahwa yang punya rumah menjamu kita sebaik mungkin. Anda tak salah baca, gula merah adalah pacitan paling istimewa."][/caption]

Ah, jadi kangen nyimplung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun