Mohon tunggu...
Brigitta Devianne
Brigitta Devianne Mohon Tunggu... -

Universitas Pelita Harapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Ergonomi dalam Desain Interior

18 Mei 2011   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:29 4066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah anda merasa kursi yang anda duduki terasa kurang nyaman? Atau tangga yang anda naiki terasa terlalu sempit? Bila iya, ini menunjukkan bahwa dalam proses konstruksi, perhitungan yang diperlukan kurang diperhatikan. Fungsi utama dari kursi, tangga, atau segala alat lainnya yang berhubungan denganmanusia seharusnya memberikan kemudahan dalam penggunaannya. Keberadaan mereka adalah untuk membantu manusia dalam melakukan kegiatan agar lebih efisien. Di sinilah ergonomi memiliki peran yang sangat besar di dalam segala hal, khususnya interior secara tidak langsung.

Ergonomi berisi segala kalkulasi dan penghitungan yang dapat digunakan dalam penentuan ukuran setiap konstruksi. Bayangkan bila dalam pembuatan setiap hal yang ada di rumah kita tidak memenuhi kaidah ergonomi yang seharusnya, mungkin hal sesederhana pintu masuk bisa menjadi masalah karena ukurannya tidak sesuai dengan penggunanya secara umum.

Pengguna yang secara khusus memerlukan perhatian, seperti para penyandang cacat, juga memiliki ergonomi tersendiri. Ukuran-ukuran yang diperlukan bagi penyandang cacat tentunya akan berbeda. Berbagai pertimbangan dan pemikiran secara khusus dibutuhkan karena beberapa gerak mereka lebih terbatas dari layaknya sebagian besar orang.

Dengan kata lain, ergonomi dapat menunjukkan segala ukuran yang diperlukan, apapun jenisnya. Bagaimana itu dapat mencakup segala bidang dan tetap mempertahankan relevansinya? Pada dasarnya, ergonomi memberikan ukuran tubuh manusia dengan segala posisi yang memungkinkan untuk dilakukan, dari gerak tubuh paling sederhana seperti tidur telentang sampai gerak tubuh duduk, membungkuk, berputar, dan sebagainya. Dari ukuran-ukuran tersebut, dapat dihitung dan dikalkulasikan berapa ukuran yang seharusnya digunakan pada konstruksi yang akan dibangun.

Ukuran yang dimuat di dalam ergonomi, tentu saja bukan sembarang ukuran yang diambil dari sembarang orang. Ukuran yang disediakan terbagi atas dua poin besar, yaitu bagi orang Asia pada umumnya dan Kaukasia. Dari pembagian besar ini, masih terbagi lagi berdasarkan jenis kelamin, pria dan wanita.

Beragamnya pengguna menjadikan adanya beberapa klasifikasi, yaitu klasifikasi umur. Pengguna yang terbilang sebagai anak-anak tentu akan berbeda dengan remaja maupun dewasa. Spesifikasi penting untuk diperjelas sehingga efisiensi yang dibutuhkan bagi setiap pengguna berlaku secara maksimum.

Dalam setiap projek desain, ergonomi yang dibutuhkan dapat berbeda-beda tergantung dari pengguna serta lingkungannya. Kebutuhan klien menjadi titik fokus utama dalam setiap pemecahan masalah desain. Kepribadian dan kebiasaan setiap klien dapat mempengaruhi ergonomi yang diperlukan. Sebagai contoh, klien yang lebih senang berada di luar ruangan, membutuhkan ruang gerak khususnya di luar ruangan yang lebih banyak dibanding ruang dalam itu sendiri.

Kalkulasi dan Penghitungan Ergonomi

Konstruksi setiap objek tentu berbeda satu dengan yang lain. Gerak tubuh yang diperlukan dalam keadaan duduk jauh berbeda dengan menaiki tangga. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memperhitungkan ergonomi. Setiap gerak yang dilakukan oleh pengguna saat menggunakan objek harus diperhatikan setiap detailnya.

Sebagai contoh, dalam konstruksi tangga, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sudut elevasi saat pengguna menggerakkan badannya. Sudut yang dibentuk oleh tubuh manusia harus sesuai dengan kemiringan setiap anak tangga. Hal ini dimaksudkan supaya gerak yang dibutuhkan tidak terganggu dengan konstruksi yang ada.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah lebar dan tinggi dari setiap anak tangga. Bila tangga terlalu sempit, akan mempersulit pengguna dalam menggunakan objek tersebut. Sebaliknya bila terlalu lebar maka efisiensi usaha dari pengguna untuk menaiki tangga berbanding terbalik dengan usaha. Usaha yang dibutuhkan akan semakin besar dan dengan begitu nilai efisiensi berkurang.

Tinggi badan juga bisa menjadi faktor luar dalam konstruksi tangga. Tangga yang terlalu curam akan lebih membahayakan bagi orang yang mempunyai struktur tubuh cenderung tinggi. Langit-langit yang terbentuk menurut sudut tangga memungkinkan seseorang mengalami cedera.

Segala resiko dari setiap konstruksi yang dirancang menjadi tanggungjawab desainer. Bila seseorang mengalami cedera akibat rancangan suatu konstruksi, bisa disimpulkan bahwa desainer tersebut gagal. Hasil dari sebuah rancangan mengharuskan setiap bagian, sekecil apapun, tidak menimbulkan kerugian apapun.

Penerapan Ergonomi dalam Kehidupan Sehari-hari

Setiap aspek kehidupan manusia, diperlukan ergonomi. Setiap tempat yang kita kunjungi beserta isinya memerlukan prinsip ergonomis. Berikut ini merupakan contoh aspek kehidupan berdasarkan ergonomi.

Rumah yang dianggap sebagai konstruksi paling sederhana, memiliki prinsip ergonomis yang sangat banyak di berbagai objek di dalamnya. Mulai dari depan, bagian dalam, sampai bagian terakhir rumah, memerlukan prinsip-prinsip ergonomis.

Pintu depan dari sebuah rumah merupakan salah satu elemen terpenting dalam konstruksi rumah. Besar pintu, ukuran lebar dan tinggi menentukan kesan rumah yang terbentuk. Kesesuaian ukuran juga menjadi penentu keergonomisan objek tersebut. Pada umumnya pintu depan haruslah besar dan tinggi sehingga kesan besar dan luas lebih terlihat.

Semua orang yang akan masuk ke dalam rumah tersebut, termasuk tamu, harus melewati pintu depan. Dengan itu, berbagai variasi struktur tubuh harus dipertimbangkan dalam konstruksi pintu.Logika yang rasional adalah diperlukan pintu yang tinggi dan besar supaya dapat mencakup segala variasi struktur tubuh yang ada. Struktur tubuh yang relatif tinggi dan rendah, juga relatif kecil dan besar.

Melewai pintu, pengguna akan menemukan berbagai ruang yang diperlukan dalam sebuah rumah. Di sinilah ergonomis akan pembagian ruang atas ruang publik dan privat harus ditata dengan rapi.

Pada umumnya, ruang paling publik dalam sebuah rumah adalah ruang tamu. Di sini pemilik rumah akan bertemu dengan orang-orang yang notabennya adalah orang luar atau tamu. Jumlah tempat duduk yang harus disediakan tergantung pada kebiasaan dari pengguna atau pemilik rumah. Bagimana hal ini dapat terjadi?

Pemilik rumah dengan kepribadian yang lebih tertutup dan seleksi dengan lingkup pergaulannya, memiliki kemungkinan yang lebih kecil terhadap tamu dalam jumlah yang sangat banyak. Dengan ini, ruang tamu yang dibutuhkan dalam segi ukuran, jumlah kursi, akan berbeda dengan mereka yang mempunyai lingkup sosial sangat luas dan terbuka.

Ruang tamu juga memiliki identitas pemilik rumah yang sangat sedikit dan sangat umum karena merupakan ruang bagi siapa saja, baik kerabat dekat maupun kerabat jauh, bahkan orang asing sekalipun. Kehidupan privasi yang terlalu ditonjolkan dalam ruang publik dapat membahayakan pemilik rumah itu sendiri.

Objek yang biasanya terdapat dalam ruang tamu adalah meja dan kursi. Meja dan kursi dalam hal ini memerlukan ergonomis yang tepat dan sesuai. Setiap meja dan kursi yang ada harus sesuai satu sama lain. Tinggi meja dan tinggi kursi harus sesuai, tidak lebih tinggi dan lebih rendah antara yang satu dengan yang lain.

Tinggi meja dan kursi pun dapat menentukan tingkat keakraban yang dibentuk di dalam ruang tersebut. Meja dan kursi yang relatif rendah dapat lebih mencairkan suasana karena wajah lebih terlihat dan terasa kurang tegang. Sedangkan meja yang tinggi sering diasumsikan lebih tegang karena terkesan lebih formal. Meja ujian dan meja pengadilan dirancang relatif tinggi untuk membangkitkan perasaan dan kesan tersebut.

Menuju ke ruang yang lebih privat, yaitu ruang tidur. Akses yang ergonomis harus disesuaikan ke dalam tempat tidur. Bila terlalu mudah, maka privasi pemilik rumah akan lebih terbuka. Namun bila terlalu ke dalam, maka pemilik rumah akan kesulitan mengakses ruang privatnya sendiri. Secara logis, dua hal ini tidak rasional. Terlalu terbuka dapat membahayakan pemilik rumah dan terlalu tertutup juga dapat mempersulit pengguna.

Ruang lainnya seperti dapur, memiliki beberapa prinsip ergonomis yang juga perlu diperhatikan secara mendetail. Penempatan kabinet, kompor, peralatan dapur, lemari es, dan keperluan lainnya perlu diperhatikan supaya akses satu sama lain bisa mudah terbentuk.

Bayangkan bila lemari es terlalu jauh dari kompor dan kabinet, maka pengguna akan kesulitan dalam melakukan proses kegiatan seperti memasak dan menyiapkan bahan-bahan. Ruang sedemikian rupa juga harus diatur sehingga tidak mengganggu kegiatan yang berlangsung. Sebagai contoh, adanya penempatan lemari es di tengah-tengah ruangan yang menghalangi kabinet dengan meja persiapan bahan-bahan memasak. Kegiatan memasak akan berjalan lebih sulit.



Salah satu ruang yang juga membutuhkan prinsip ergonomis secara seksama adalah kamar mandi. Di dalam ruang ini, semua objek yang dibutuhkan perhitungan yang berbeda-beda dan mendetail. Mulai dari akses ruang, penataan, kesan yang ditimbulkan, dan juga ergonomi dari setiap objek yang diperlukan.

Akses ruang untuk kamar mandi sebaiknya tidak terlalu sulit namun tidak terlalu mudah. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam akses adalah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada pengguna. Dalam keadaan terdesak, bila akses kamar mandi terlalu sulit, maka hal yang tidak diinginkan sangat mungkin terjadi. Sebaliknya, bila terlalu mudah, privasi dari pengguna akan sangat mudah terbuka. Orang yang dianggap sebagai tamu atau orang luar akan lebih mudah melihat segala privasi pemilik rumah apabila kamar mandi terakses terbuka.

Penataan dari kamar mandi sebaiknya tidak terlalu sempit dan setiap objek dapat terjangkau. Material yang digunakan dalam penataan kamar mandi juga harus dipertimbangkan supaya resiko yang mungkin terjadi dapat diperkecil. Dari pemilihan material lantai dan dinding dapat membangkitkan kesan dan perasaan yang ingin disampaikan.

Penataan kamar mandi tidak lepas dari prinsip ergonomis. Toilet, tempat mandi, wastafel, juga perlengkapan untuk segala kegiatan yang berlangsung di sana harus diperhitungkan. Tempat untuk mandi sebaiknya dibuat tidak terlalu tinggi sehingga air yang keluar akan tepat jatuh kepada pengguna. Namun jangan terlalu rendah supaya tidak terantuk dengan kepala pengguna.

Sedangkan untuk toilet, diperlukan ukuran yang sesuai dengan lubang yang sesuai dengan struktur tubuh dan tempat pembuangan. Wastafel juga sebaiknya dibuat tidak terlalu tinggi supaya mudah dijangkau dan tidak terlalu rendah supaya efisiensi dari pengguna lebih maksimal.

Dari penjelasan mengenai hampir semua bagian rumah, dapat disimpulkan bahwa prinsip ergonomis diperlukan dalam hubungannya dengan kehidupan manusia. Ergonomi diperlukan sehingga kenyamanan dan kemudahan dalam berkegiatan dapat tercapai.



DAFTAR PUSTAKA

·Zelnik, Martin dan Julius Panero (1979), Human Dimension and Interior Space: A Source Book of Design Reference Standards. Watson-Guptill.

·New Oxford American Dictionary Second Edition (2005)

·‘Ethinic Group’, Wikipedia

Efisiensi adalah keadaan untuk mencapai produktivitas maksimum dengan usaha atau pengeluaran minimum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun