Sebagai negara agraris Bangsa Indonesia di anugerahi oleh tuhan pulau-pulau dan pantai yang indah. Di dalam pulau-pulau dan pantai yang indah itu terdapat kekayaan alam yang membentang dari sabang sampai merauke, terdiri dari berbagai suku dan budaya. Bangsa ini sudah di takdirkan untuk menjadi bangsa yang besar di tengah keberagamannya. "Bhineka tunggal ika" Berbeda-beda namun tetap satu.
      Sumberdaya alam anugerah tuhan yang maha esa yang berlimpah dari dalamnya lautan serta tingginya gunung-gunung. Saking kayanya negeri ini orang eropa pernah menjulukinya sebagai surga rempah-rempah. Tentu bukan hanya rempah-rempah itu hanya sebagian kecil diantara. minyak, gas, batubara, emas, uranium dan lain-lain, jika negara arab hanya mengandalkan minyak dan gas, maka dengan rahmat tuhan. Bangsa yang terletak digaris khatulistiwa selaian memiliki minyak dan gas, juga memiliki tanah yang subur yang medukung untuk ketahan pangan dan kemajuan ekonomi.
      Reforma Agraria yang sudah di cetuskan sejak awal kemerdekaan, yang ditandai dengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 Tentang pokok-pokok dasar agraria atau yang biasa disebut UUPA.
      Undang-undang Anti Kolonialisme, Anti pemerasan terhadap kaum tertindas. Melawan penindasan  petani-petani miskin terhadap tuan tanah. Tanah sebagai anugerah tuhan yang maha esa tidak boleh dikusai secara berlebihan apalagi digunakan sebagai alat pemerasan terhadap kaum atau kelompok yang lemah.
      Perjuangan dilapangan agraria tidaklah mudah selain melawan tuan-tuan tanah juga melawan kaum penguasa yang menikmati penindasan dan penghisapan terhadap kelompok yang lemah. Masih ingatkaha kitaa dengan pemimpin besar bangsa ini. Ir. Sukarno pernah berkata "bangsa indonesia didirikan bukan untuk satu golongan, suku atau ras tertentu, bangsa Indonesia didirikan untuk seluruh masyarakat indonesia tanpa memandang suku, agama dan warna kulit.
       Kita sangat sedih ketika melihat kekayaan bangsa ini hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat dan kelompok tertentu, dengan sebagian yang lain berada di dalam tirani kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik ada 2% populasi menguasai 56% aset nasional dan 87% diantara aset tersebut berupa tanah, kaget.? Ya sayapun kaget, kemana arah pembangunan kita selama ini  apakah pembangunan kita hanya menguntungkan kaum pemodal.? apakah pembangunan kita hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa memikirakan bagaiman pertumbuhan ekonomi tersebut dapat terdistribusi secara merata kepada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H