Mohon tunggu...
devia finawatiazchari
devia finawatiazchari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tak ada satu hal pun tanpa bayang-bayang,kecuali terang itu sendiri (Pramodya,1981)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lestarikan Budaya Pemdes Desa Sidakaton Beri Sambutan Polda Jateng dengan Tampilkan Tari Jarananan

23 Januari 2023   11:23 Diperbarui: 5 Februari 2023   00:56 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salahsatu upaya melestarikan kesenenian daerah dan pengenalan budaya local kepada anak pemdes, desa Sidakaton bersama mahasiswa KKN undip beri sambutan Wadirbinmas Jateng dengan menampilkan tari jarananan atau yang dikenal juga dengan tari jaran kepang pada (Kamis 19 Januari 2023)  yang lalu di halaman balai desa Sidakaton kecamatan Dukuhturi Tegal.Kegiatan ini merupakan program kerja mahasiswa yang berkolaborasi dengan sekolah dan pemerintahan desa  dengan tujuan agar kesenian-kesenian daerah tetap lestari di tengah era globalisasi dan moderenisasi yang terus gencar terjadi sekarang ini .

Kunjungan wadirbinmas polda jateng AKBP  Siti Rodijah S.Si.,M.Kes adalah untuk meninjau langsung implementasi program kerja kepolisian untuk menjaga,menertibkan dan mengayomi masyarakat. Oleh karennaya sebagai bentuk upaya memberdayakan masyarakat ditampilkanlah tari jaranan sebagai tari penyambutan.

Tari jaranan atau tari jaran kepeng sendiri sebenarnya merupakan tarian yang sudah tak asing lagi di masyarakat  tarian ini sangatlah popular  di pulau jawa khususnya di jawa tengah dan jawa timur dahulu kala tarian ini kerap disandingkan dengan kegiatan-kegiatan mistis manakala di tampilkan karena tari jaranan sebelumnya merupakan bagaian dari tarian ritual yang ditarikan sebagai ungkapan rasa syukur untuk hasil panen yag melimpah

Namun seiring berjalananya waktu  kegiatan tersebut mulai ditinggalkan  oleh masyarakat  bersama dengan masuknya islam dan hilangnya pengaruh hindu-budha pada masyarakat nusantara tari jaranan pun kini telah beralih fungsi menjadi tari hiburan untuk rakyat terdapat banyak versi yang menjelaskan asal-muasal tari jaranan namun taka da satu pun bukti outentik yang mampu menjelaskan keberadaannya hal ini karena asal-usul tari jaranan diwariskan melalui tradisi lisan yang berkembang dari mulut ke mulut dan tidak ada bukti tertulis untuk itu sehingga munculah beragam versi dalam masyarakat beberapa versi menyebutkan gerakan dalam tari jaranan atau jaran kepang atau jathilan merupakan  gambaran kegagahan pasukan perang saat di medan perang melawan musuh

Dalam versi pangeran Diponegoro misalnya tari jaranan merupakan bentuk dukungan rakyat jelata kepada pangeran Diponegoro  saat melawan para penjajah belanda  gerakan tarian yang dinamis dan cepat merupakan bentuk semangat  perang pasukan Diponegoro  versi lain menyebutkan  tari jaranan merupakan bentuk perlawanan kerajaan matram di pimpin Sultan Hamengkubuono  1 dengan membawa pasukan  berkuda dan semangat yang berapi-api sltan Hamengkubuono beusaha  menolak  dominasi dan penjajahan dimasa kolonial ada juga yang menyebut tari jaranan merupakan taria yang diciptakan untuk memenangkan sayembara seorang putri dari kerajaan Kediri bernama dewi songgo langit yang menginginkan titian yang tidak berpijak ditanah dan melewati bawah tanah  sekaligus mampu membuat tontonan yang belum pernah ditampilkan sebelumnya sebagi iring-iringan calon pengantin maka ia akan dijadikan suami sang putri.

Terlepas dari banyaknnya versi tari jaranan,jaran kepang atau jathilan merupakan salahsatu kekayaan bumi nusantra yang beraneka ragam dan sudah sepantasnya terus dijaga agar tetap lestari agar  tidak hilang dari peradapan yang saat ini terus mengalami kemajuan dan banyaknya pengaruh dari luar  kegiatan ini merupakan satu langkah kecil agar masyarakat tidak lupa akan jati dirinya,budaya dan warisan leluhur mereka.

Kegiatan ini juga merupakan bentuk sinergi mahasiswa bersama instansi pendidikan dan pemerintahan desa supaya kelestarian terus terjaga dengan tetap memberdayaan warga asli sebagai pelaku pada tiap-tiap event yang ada mendukung terciptannya kehidupan yang rukun dan aman.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun