Mohon tunggu...
Devia Husna
Devia Husna Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Jurnalistik

will beyond

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

(Surat Pembaca) Minimalisir Food Waste pada Pesta Pernikahan

3 Juni 2024   02:10 Diperbarui: 4 Juni 2024   01:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali melihat piring masih berisi makanan yang layak konsumsi namun terbuang sia sia di pesta pernikahan, restoran, atau sebuah acara besar, hati saya terasa miris. Mengapa kita belum bisa lebih bijak dalam mengelola makanan yang kita miliki ya? Bagaimana juga kita bisa mengabaikan kenyataan bahwa masih banyak orang di dunia ini yang bahkan tidak bisa memastikan makanan untuk besok hari?

Terkadang luput dari pemahaman kita selama ini bahwa pepatah dari sebagian besar orang tua pada anaknya untuk menghabiskan makan agar nasi tidak menangis sebenarnya adalah nasihat tersirat untuk masalah yang kini kian besar. Food Waste; makanan yang terbuang pada tingkat ritel, jasa penyedia makanan, dan konsumen. hampir 15 juta ton per tahun rakyat Indonesia tercatat menyumbang sampah makanan rumah tangga, hal ini dilaporkan dalam laporan United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk Food Waste Index Report 2024. 

Pada ranah acara besar, penyelenggara pesta pernikahan mampu menghasilkan 1 ton sampah makanan dalam kurun waktu satu hari (Leo Galuh, 2022). Hal ini didukung oleh statement FAO yang menyebutkan bahwa, sepertiga makanan yang diproduksi di dunia setiap tahunnya terbuang sia-sia. Bayangkan, di saat yang sama, ada berapa banyak orang yang ternyata membutuhkan makanan tersebut. 

Hal sejalan juga sempat disampaikan oleh Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nyoto Suwignyo, bahwa Pemborosan pangan (Food Waste) yang dihasilkan setiap tahunnya di Indonesia, bisa memberi makan sekitar 61-125 juta orang, atau setara 29-47 persen populasi Indonesia. Dengan kata lain, saking besarnya jumlah food waste Indonesia, jumlahnya bisa menutupi masalah kurang gizi di Indonesia. 

Selain berdampak pada isu ekonomi, sampah makanan ini juga mengancam keberlanjutan lingkungan kita. Sampah makanan yang membusuk dan berakhir di TPA akan menghasilkan gas metana, menumpuknya gas metana dalam jumlah besar ini mengancam TPA menjadi lebih rentan terbakar, dan kebakaran yang terjadi ini sulit untuk dikendalikan mengingat gas metana merupakan gas alam yang mudah terbakar. Kejadian ini tentunya menimbulkan dampak juga bagi daerah sekitarnya. 

Melihat fakta statistik dampak ini, menurut saya, semestinya kita bisa lebih bijak dalam mengelola makanan yang ada. Saya teringat pada beberapa pesta pernikahan yang saya datangi, terlepas dari masih banyak sekali food waste yang terjadi, namun, ada beberapa perilaku yang menurut saya dapat menjadi sebuah solusi dari masalah ini, salah satunya kebijakan dari penyelenggara acara, yaitu penjagaan pada stand makanan berat (prasmanan), selain bisa mengatur porsi yang cukup dan ideal sehingga meminimalisir makanan sisa, penjagaan pada stand seperti ini juga bisa lebih menjaga anggaran porsi undangan pernikahan untuk tidak habis sebelum waktunya.

Sebuah hasil penelitian juga menunjukan bahwa dasar perilaku yang mendasari seseorang mengambil makanan lebih dari porsi idealnya adalah stand makanan yang tidak ada penjaganya, sehingga membuat mereka lebih leluasa untuk banyak mengambil makanan. 

Hal ini kiranya bisa menjadi sebuah langkah kecil baik bagi penyelenggara acara, calon pengantin, dan kita masyarakat indonesia tentunya untuk mendukung perilaku anti food waste dengan mengaplikasikan kebijakan mengatur alokasi makanan pada acara dan mengatur juga perilaku konsumtif diri pada apa yang akan kita makan. Selain akan bermanfaat pada lingkungan, mengonsumsi makanan yang cukup porsi juga akan bermanfaat bagi metabolisme tubuh kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun