Mohon tunggu...
Devi P. Wihardjo
Devi P. Wihardjo Mohon Tunggu... Editor - Hidup Yang Menghidupkan

Pemerhati Pemerintahan, Politik, Sastra, Filsafat, Ekonomi Indonesia, Pendidikan dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tarif Listrik Meroket, Saatnya Pakai Solar Panel

27 April 2021   11:49 Diperbarui: 27 April 2021   12:06 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berada di garis khatulistiwa, sinar matahari di Indonesia sangat melimpah. Matahari bersinar sepanjang tahun, sehingga sangat optimal jika masyarakat Indonesia menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Sementara itu, kenaikan listrik konvensional atau listrik PLN untuk rumah non subsidi mencapai 9,7% per tahun. Penyebabnya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kenaikan harga bahan bakar utama.

Kenaikan ini akan berdampak pada tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, baik secara langsung dan tidak langsung. Memang, tidak setiap tahunnya terdapat kenaikan. Namun sekali naik, kenaikannya bisa mencapai 20-30%.

Dari segi penggunaan, energi listrik tenaga surya sangat cocok karena tidak menggunakan bahan bakar secara konvensional. Energi utamanya adalah matahari yang bisa didapatkan secara gratis. Jika hal ini diterapkan di berbagai instansi, perindustrian, hingga rumah tangga, maka dapat menghemat pengeluaran dan dana yang tersimpan pun bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya.

Urusan listrik menjadi prioritas utama yang harus dianggarkan dalam pengeluaran keluarga. Alasannya karena pemakaian hampir semua perangkat elektronik di rumah bergantung pada listrik. Namun, melihat tarif dasar listrik (TDL) yang naik, tentunya membuat Anda terpikir untuk menghemat penggunaan listrik. Jika kurang cermat dalam pemakaian listrik di rumah, budget listrik akan membengkak dan menguras dompet.

Peningkatan populasi masyarakat juga berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan listrik. Ancaman krisis listrik pun meningkat karena harga bahan bakar semakin tinggi seiring dengan terbatasnya sumber daya alam. Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan ancaman krisis listrik di Indonesia.

Lalu kapasitas listrik di Indonesia belum mencukupi untuk melayani seluruh wilayah di Indonesia. Permintaan listrik di Indonesia tercatat terus meningkat, yaitu 10% -- 15% per tahun, namun pembangunan pembangkit listrik masih kurang. Sebagai imbasnya, PLN melakukan pemadaman bergilir yang tentu saja merugikan konsumen.

Pemanfaatan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bisa menjadi solusi dalam menghadapi ancaman krisis listrik. Sistem pembangkit listrik yang menggunakan panel surya atau dikenal juga dengan panel solar menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.

PLTS dengan Solar Panel yang dipasang di atap semakin populer dan berkembang di masyarakat. Sistem ini dinilai mudah diimplementasikan, sederhana, dan kapasitasnya bisa disesuaikan dengan luas atap. Sistem ini juga diminati karena sinar matahari mudah didapatkan di Indonesia yang merupakan daerah tropis.

Ini yang ditawarkan Sunterra, dengan pengalaman pemasangan Solar Panel lebih dari 50Mwp di berbagai macam proyek dengan skala industri, komersial dan residential. Mulai dari konsep, konstruksi, proses registrasi dan perizinan ke PLN, hingga metode pembayaran yang fleksibel, Sunterra berupaya untuk mewujudkan listrik hemat dan ramah lingkungan untuk Indonesia.

Solar Panel juga memberi manfaat langsung berupa penghematan tagihan listrik dan pengurangan emisi karbon. Energi dari sinar matahari tentu tak akan habis, hanya mahal di awal saja tapi selanjutnya sangat murah, dan tidak menghasilkan polusi seperti halnya energi fosil. Ini juga alasan paling masuk akal agar masyarakat beralih ke energi surya, Sunterra jadi solusi mudah dengan harga terjangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun