Mohon tunggu...
Devi Anisa
Devi Anisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka menulis yang ada di sekitar lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ambisiku Menghancurkanku

1 Desember 2022   18:38 Diperbarui: 1 Desember 2022   18:39 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Andaikan. Satu kata yang saat ini sangat Bajra harapkan. Andaikan aku tidak termakan emosi dan andaikan hal itu tidak terjadi adalah 2 hal yang Bajra andai-andaikan. Tapi apa daya? nasi sudah menjadi bubur dan tiadalah guna penyesalan karena Bajra sudah berada di jeruji besi ini.


Seketika Bajra kembali mengingat sisa-sisa kenangan terkelamnya di masa lalu. Hari itu merupakan penyesalan, kebodohan, dan juga kesalahan terbesar dalam hidupnya.


Dikala itu, Aku, Bajra, seorang pejabat yang disegani oleh bawahanku dan juga dicintai oleh rakyatku. Aku bergelimang harta, rumahku luas, garasiku penuh mobil bergengsi. Aku yang berumur 49 tahun ini dikaruniai 2 orang anak dari istri cantik lulusan Kedokteran Gigi, Raina Munaf.


Namun, ternyata semua keberkahan itu tidak membuatku puas. Semakin maju kehidupanku, semakin serakah juga nafsuku. Diam-diam, selama 2 tahun kebelakang aku meraup keuntungan lebih dengan cara ilegal. Dengan pangkatku, aku melakukan penyuapan juga pemerasan. Aku tau, aku paham, dan aku juga mengerti bahwa ini hal yang salah. Tapi, nafsu dan kegilaanku terhadap harta membutakan semuanya.


Hingga penyesalan terbesarku terjadi.


Dalam sekejap, seluruh kegiatan ilegalku terungkap di mata publik. Aku gelap mata, emosiku mengalir di seluruh tubuhku, amarahku menggebu-gebu, tak menyangka seluruh upaya dan usaha yang telah aku lakukan menjadi rusak berkeping-keping. Singgasana mewah nan melimpah ruah yang aku bangun sejak puluhan tahun lalu seketika musnah akibat ambisiku sendiri.


Berbagai cara aku pikirkan manipulasi terbaik untuk menyembunyikan fakta bahwa aku melakukan korupsi. Namun apa daya, aku tidak bisa mengalahkan hukum alam. Aku dinyatakan sebagai ‘tikus berdasi’. Aku yang memakai baju oranye ini hanya bisa pasrah di balik jeruji besi.


Ini pembelajaran terbesar untukku. Kupikir dengan jabatanku yang tinggi, dan hartaku yang banyak aku dapat memanipulasi keadaan, namun nyatanya nasib berkata lain dan hukum alam pun menjawab. Pada akhirnya, kegilaanku, nafsuku, dan ambisiku lah yang malah menghancurkanku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun