Mohon tunggu...
devi reina
devi reina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa kesehatan masyarakat yang berminat untuk belajar banyak ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi dan Tantangan Mengatasi Kesehatan Mental di Kalangan Remaja

10 Juli 2024   19:04 Diperbarui: 10 Juli 2024   19:07 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun disebut remaja menurut WHO, sementara berdasarkan Peraturan Kesehatan RI No. 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. 

Mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan remaja memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi, mengingat kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Salah satu strategi utama adalah meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang kesehatan mental di kalangan remaja, orang tua, dan pendidik. Program-program edukatif di sekolah dapat memainkan peran penting dalam mengenalkan konsep kesehatan mental, mengurangi stigma, dan memberikan informasi mengenai tanda-tanda awal gangguan mental. Selain itu, pelatihan bagi guru dan konselor sekolah untuk mengenali dan menangani masalah kesehatan mental di tingkat awal sangat diperlukan

Pendekatan komunitas juga sangat efektif dalam mendukung kesehatan mental remaja. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas lokal dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Layanan dukungan berbasis komunitas, seperti kelompok dukungan sebaya dan program mentoring, dapat memberikan remaja ruang aman untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional

Namun, tantangan dalam mengatasi masalah kesehatan mental remaja tidak sedikit. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai. Di banyak daerah, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil, layanan kesehatan mental masih sangat terbatas baik dari segi jumlah maupun kualitas. Selain itu, stigma yang melekat pada gangguan mental seringkali membuat remaja enggan mencari bantuan. Stigma ini tidak hanya berasal dari remaja itu sendiri, tetapi juga dari keluarga dan masyarakat luas. Tantangan lain adalah kurangnya tenaga profesional di bidang kesehatan mental yang terlatih untuk menangani remaja. Di banyak tempat, jumlah psikolog, psikiater, dan konselor yang tersedia sangat tidak mencukupi dibandingkan dengan kebutuhan. Hal ini diperburuk oleh keterbatasan dana dan sumber daya yang dialokasikan untuk kesehatan mental, baik dari pemerintah maupun sektor swasta

Teknologi dan media sosial juga memiliki peran ganda dalam masalah ini. Di satu sisi, media sosial dapat menjadi platform untuk mendukung dan menyebarkan kesadaran tentang kesehatan mental. Di sisi lain, tekanan dari media sosial dapat memperburuk masalah kesehatan mental di kalangan remaja, misalnya melalui cyberbullying atau perbandingan sosial yang negatif. Oleh karena itu, pendidikan literasi digital juga penting untuk membantu remaja menggunakan media sosial secara bijak dan menghindari dampak negatifnya. Secara keseluruhan, strategi untuk mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan remaja haruslah holistik, mencakup upaya peningkatan kesadaran, pengembangan layanan kesehatan mental yang mudah diakses, pelatihan tenaga profesional, serta pengelolaan dampak teknologi dan media sosial. Pendekatan yang terkoordinasi dan kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi kesehatan, komunitas, dan keluarga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental remaja secara berkelanjutan.

Mengatasi masalah kesehatan mental remaja membutuhkan strategi yang komprehensif, termasuk peningkatan kesadaran dan edukasi di sekolah, serta pelatihan bagi guru dan konselor. Pendekatan komunitas dan layanan dukungan sebaya juga penting. Tantangan utama meliputi keterbatasan akses layanan kesehatan mental, stigma, kurangnya tenaga profesional, serta keterbatasan dana dan sumber daya. Media sosial memiliki dampak ganda, sehingga literasi digital menjadi penting. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi kesehatan, komunitas, dan keluarga diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun