Biasanya ketika kita menginginkan sesuatu, apa yang akan kita lakukan? Mungkin akan banyak yang menjawab, kita harus berusaha keras untuk mendapatkannya. Benar?
Iya, tentu, ikhtiar itu penting. Kita harus berusaha untuk mendapatkan yang kita inginkan. Bahkan, menyusun rencana agar semua bisa sesuai target yang kita tentukan, jika itu adalah hal besar. Namun, sebelum itu, ada satu hal yang harus kita lakukan terlebih dulu. Apa itu? Ya, jawabannya adalah doa.
Dulu para sahabat ketika menginginkan sesuatu, meskipun hal-hal yang sepele, mereka mendahulukan meminta kepada Allah. Sebelum berikhtiar, mereka berdoa dulu bahwa mereka membutuhkan sesuatu. Bahkan, ketika lapar, mereka berdoa dulu kepada Allah, tidak langsung mencari nasi di dapur atau jajan ke warung.
Oh, jadi cukup berdoa saja nanti langsung kenyang, begitu? Tidak. Bukan seperti itu. Namun, ini tentang urutan. Sesuatu yang harus kita utamakan terlebih dahulu, skala prioritas, yaitu meminta kepada Allah, bergantung pada-Nya meski itu hal sepele sekalipun.
Tentu, pada akhirnya kita tetap harus berikhtiar. Namun, akan ada perbedaan yang luar biasa ketika yang pertama kali kita utamakan adalah berdoa kepada Allah, mengadukan apa yang sedang kita butuhkan.
Ibunda 'Aisyah radhiyallahu Ta'ala 'anha mengatakan:
"Mintalah kepada Allah bahkan meminta tali sendal sekalipun." (HR. Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman 2/42, al-Albani berkata: "mauquf jayyid" dalam Silsilah adh- Dha'ifah no. 1363)
Masya Allah, terbayang tidak, sih, ketika sendal kita lepas sekalipun, kita langsung minta kepada Allah. Meski di kantong baju kita ada uang yang mencukupi untuk membeli sendal baru.
Namun, hati kita sadar, bahwa semua ini milik Allah dan Allah yang Maha Kaya, maka sudah seharusnya kita meminta dulu kepada Allah. Kita tidak mengandalkan kemampuan kita sendiri, merasa aku, merasa mampu. Kita mengandalkan Allah. Sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya atas kehendak Allah, jika kita lalai dari meminta pertolongan-Nya.
Ini bagian dari tauhid. Tidak hanya tentang kita mengakui keberadaan Allah, tetapi juga mempercayakan segala hal kepada-Nya.