Pernahkah kamu mendengar mitos tentang larangan untuk tidak buang air kecil secara sembarangan?
Atau orang tua jaman dahulu sering banget untuk menasehati anaknya "Jangan kencing sembarangan, nanti bisa sial".
Sepertinya mulai sekarang, kamu harus menghindari kebiasaan jelek tersebut deh.Â
Karena selain bisa menyebabkan bau yang tidak sedap untuk lingkungan sekitar, ada juga pantangan yang mengatakan jika kencing secara sembarangan dapat mendatangkan petaka.
Percayakah Anda? Percaya atau tidak, larangan ini ternyata bukanlah sebuah mitos belaka. Karena sudah banyak terbukti di masyarakat bahwa nasib sial bisa menimpa ke diri yang melanggar pantangan tersebut.
Terlebih lagi jika Anda melakukannya ditempat yang sakral atau sudah dikeramatkan oleh warga sekitar, dan jika tempat tersebut memiliki nilai magis yang cukup tinggi, bisa menyebabkan kehilangan nyawa.
Seorang tokoh spiritual asal Bali, I Gusti Ngurah Harta, sebelumnya selalu menghimbau kepada para wisatawan yang datang ke Pulau Bali agar tidak melanggar pantangan "jangan kencing sembarangan" tersebut di kawasan sekitar pantai Bali.
Karena sudah banyak yang menjadi korban atas pantangan tersebut. Jika diingat kembali, pernahkah kamu mendengar berita tentang seorang wartawan yang meninggal dunia saat meliput berita pernikahan penyanyi terkenal Glenn Fredly dan Dewi Sandra?
Kejadian tersebut terjadi di Pantai Uluwatu, Kabupaten Badung, Kuta Selatan, Pulau Bali sekitar April 2006 silam.
Saat itu wartawan asal Jakarta tersebut secara tidak sengaja melanggar pantangan dengan kencing secara sembarangan dibawah pohon yang terletak tidak jauh dari pinggir pantai tersebut.
Pada awalnya, semuanya berjalan seperti biasanya, tidak ada yang aneh terjadi. Namun, tak berselang lama kemudian, wartawan tersebut mendadak terjangkit penyakit aneh dan langsung pingsan.
Selidik punya selidik, wartawan tersebut ternyata dianggap tidak menghormati tempat yang disakralkan oleh masyarakat sekitar. Disana terdapat pantangan bahwa kencing ditempat atau saluran air yang mengarah langsung ke sawah atau air laut, dianggap mengotori Dewi Laut atau Dewi Sri.