Mohon tunggu...
Devfrass88
Devfrass88 Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang blogger

Halo saya devi, baru belajar di dunia blogging..

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mitos Lebaran Ketupat, Untuk Persembahan Anak yang Sudah Tiada

6 Mei 2022   17:39 Diperbarui: 6 Mei 2022   18:33 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Beberapa hari yang lalu kita sudah merayakan Hari Raya Idul Fitri, atau yang biasa di sebut dengan Lebaran. Berbicara tentang Lebaran, kalian pasti sudah tidak asing dengan yang namanya Ketupat bukan?

Ya, ketupat sendiri sudah menjadi tradisi santapa di Hari Raya Idul Fitri. Bahkan di hari raya lebaran ke-7 tradisi makan ketupat dinamakan Lebaran Ketupat. Oh iya, tradisi ini hanya ada di Indonesia lho. 

Sejak kapan tradisi Lebaran Ketupat ini sudah berlangsung? 

Konon, Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat kepada masyarakat Jawa. Pada waktu itu, Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda (usai atau setelah), yaitu bakda Lebaran dan bakda kupat. Bakda tersebut dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Ketupat sebagai simbol dihari Idul Fitri memiliki makna tertentu. Berdasarkan filosofi Jawa yang turun temurun, ketupat merupakan kependekan kata dari Ngaku Lepat, yang artinya meminta maaf dan Laku Papat yang berarti empat tindakan.

Ngaku lepat atau meminta maaf di hari raya diimplementasikan bagi orang Jawa dengan tradisi sungkeman yang mengajarkan pentingnya menghormati orangtua.

Sedangkan laku papat atau empat tindakan tersebut yakni: Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.

Lebaran artinya sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. 

Luberan adalah meluber atau melimpah, yang dapat dimaknai ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Sebagai salah satu contoh, yakni zakat fitrah.

Sedangkan Leburan, sudah habis atau melebur. Maknanya adalah dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Sementara Laburan, kata tersebut berasal dari kata labur, melabur atau mengecat dengan kapur putih. Sehingga hal tersebut dimaknai supaya semua umat manusia selalu menjaga kesucian lahir dan bathinnya.

Lebaran Ketupat ini juga ada mitos yang menyelubunginya

Pada hari raya ini identik dengan tradisi makan ketupat, namun siapa sangka di balik tradisi itu ada juga mitos yang tersimpan. Di jaman dahulu, masyarakat memaknai Lebaran Ketupat bukan sekedar hari besar keagamaan saja. Menurut mereka, Lebaran Ketupat punya arti khusus bagi seseorang yang anaknya sudah meninggal.

Orang jaman dahulu juga selalu menyiapkan untuk anaknya yang sudah tiada, karena menurut mereka pada saat Lebaran semua sanak saudara pasti pulang berkunjung ke tanah asal. Jadi menurut keyakinan mereka, anak mereka yang sudah tiada juga ikut pulang ke rumah.

Selain ketupat, orang tua yang masih hidup wajib menyediakan Lepet. Yakni sejenis makanan yang berbahan baku beras ketan yang dicampur dengan kacang, dan kemudian dimasak dengan santan.

Konon katanya, di dunia lain makanan lepet ini jadi sejenis mainan. Jika tidak disediakan, anak-anak tersebut akan bersedih.

Selain lepet, di Lebaran Ketupat ini orang tua juga harus menggantungkan ketupat di depan rumah. Fungsinya sama dengan lepet, sebagai hiburan untuk anak-anak di dunia lain yang berkunjung ke rumah.

Nah, masih di masa Libur Lebaran ini, coba baca tips berlibur saat lebaran ini juga yuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun