Mohon tunggu...
Devfrass88
Devfrass88 Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang blogger

Halo saya devi, baru belajar di dunia blogging..

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mari Berbicara tentang Feminisme dan Apa Itu Feminisme?

28 April 2022   18:07 Diperbarui: 30 Desember 2023   00:01 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Feminisme.

Itu adalah sebuah kata yang (mungkin) ditakuti oleh banyak lelaki. Terutama laki-laki yang berpaham bahwa perempuan sekarang sudah cukup "setara" dengan mereka. Padahal, mereka sendiri tidak sepenuhnya paham dengan arti dari feminisme. Dan mereka juga tidak sepenuhnya mengerti bahwa paham feminisme itu sendiri ya punya kaum ekstrimis juga.

Pernah suatu kali Saya di ejek karena "feminis" dan jujur, Saya sendiri tidak paham apa-apa saat itu tentang feminisme. Mungkin karena kurangnya pengetahuan dan hidup di lingkup bahwa perempuan selalu "tidak sehebat" lelaki, serta jauh lebih banyak mendengar kelakuan aneh dari para aktivis feminisme yang ekstrimis menyebabkan Saya sedikit kesal di sebut seperti itu.

Tidak hanya oleh satu laki-laki, tapi dua. Kan sedikit geram yah.

Akhirnya Saya bertanya kepada salah satu laki-laki tersebut. Dulunya dia adalah seorang sahabatku. Dan aku bertanya maksudnya apa dia bisa beranggapan seperti itu. Ternyata karena Saya senang mencak-mencak dengan hal seperti ini:

1. Ya, kalau seorang perempuan kuliah IT memang kenapa? Tidak selalu lelaki kan yang harus disini? Perempuan juga bisa dan jangan anggap perempuan tidak akan bisa sepintar lelaki dalam berlogika. (FYI, Saya perempuan, dan sudah lulus dari salah satu perguruan Tinggi B***S di Jakarta, dan tidak dipungkiri masih banyak yang sexist loh saat saya masih kuliah di sana).

2. Bisnis sekarang tidak selalu laki-laki yang jadi pemimpinnya. Kalau Saya perempuan dan mampu kenapa harus kalah dengan laki-laki yang kemampuannya masih di bawah Saya? (pengalaman pribadi mengajarkan akan hal ini).

3. Perempuan harusnya bisa bekerja sendiri agar tidak menyusahkan suami atau orang tua terus. Ini salah satu ajaran Ibuku, jadi Saya pun enggan menggantungkan diri kepada orang lain. Begitupun jika Saya punya suami dan Saya ingin tetap bekerja, suami-pun tidak bisa melarang, yang penting suami dan anak tetap terurus.

Itu adalah beberapa stigma yang saya dengar bertahun-tahun. Dan saya mencak bukan hanya sekali atau dua kali, tapi hampir sepanjang hidup Saya, Saya akan bertemu orang yang demikian. Kalau Saya mengutarakan hal tersebut, langsung di bilang "feminis lu!", "sok kuat banget lu!", dsb.

Tidak jarang mereka bilang feminis itu seorang yang kurang bersyukur. Sudah bisa sekolah tinggi masih menuntut bisa kerja dan di setarakan dengan lelaki?

Betapa lucunya jika dipikir-pikir, tapi ya sudahlah. Pada akhirnya Saya mulai paham ada yang salah dari logika mereka sebagai seorang lelaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun