Mohon tunggu...
Ardieansyah
Ardieansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen IPDN

Seorang pemerhati politik,pemerintahan dan pembangunan yang perihatin terhadap pembangunan yang terjadi pada dunia ketiga. Dosen STIA Lancang Kuning Dumai, Dosen IPDN

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Bukan Hanya Sekedar Pilkada Serentak

11 Februari 2017   20:45 Diperbarui: 11 Februari 2017   20:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidak lama lagi pada hari Rabu 15 Februari 2017 ajan dimulai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia untuk beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia. Namun apakah pilkada hanya sekedar memilih seorang pemimpin? Ternyata pilkada tidak hanya dilihat sebagai cara untuk memilih pemimpin saja, tetapi ada yang lebih dahsyat dari hal tersebut ialah pertarungan ekonomi para penyandang modal untuk mengambil peluang APBD untuk kepentingan bisnis dan pengaruh bisnis. Belum lagi kepentingan perseorangan yang haus akan kekuasaan, faktor ingin popularitas dan sebagainya. Maka akhirnya apakah pemimpin yang sudah diplih tersebut nanti jika terpilih apakah akan berpihak kepada kepentingan rakyat atau kepentingan pemodal.

Belum lagi PNS/ASN yang katanya harus "netral" namun mau tidak mau dan suka ataupun tidak suka harus menentukan sikap jika ingin tetap eksis berkarir sebagai pejabat/birokrat di daerah. Sehingga struktur birokrasi yang ada di daerah menjadi terpecah dan terkotak-kotak sehingga hilanglah soliditas ASN untuk dapat berkomitmen untuk membangun daerahnya yang akan berimplikasi pada tidak efektifnya APBD. Kita bisa melihat dari beberapa fenomena dari serapan APBD yang tidak maksimal di beberapa daerah karena APBDnya banyak Silpa yang dikembalikan dan tidak terserap. Sehingga dampaknya adalah rakyat yang akan semakin dirugikan. Sampai kapan ini akan berakhir? Maka jawaban yang selalu muncul ialah sampai rakyatnya cerdas dan sadar.

Maka oleh karena itu menghadapi fenomena ini maka dibutuhkan kesaadaran dan kecerdasan warga dalam memilih pemimpin untuk menentukan nasibnya lima tahun kedepan, walaupun tidak sepenuhnya. Namun uang yang beredar melalui APBD yang diperuntukkan bagi masyarakat di daerah mestilah optimal karena sumber daya yang kita miliki semakin lama semakin berkurang. Maka disini peran partai politik dituntut untuk semakin mencerdaskan masyarakat pemilih dan bukan hanya ketika mengusung menjadi balon atau calon untuk maju ketika pilkada, tetapi memilihnya sehingga nilai jualnya bisa meyakinkan masyarakat pemilih  yang sudah semakin cerdas. Semoga rakyat semakin cerdas dan bijak dalam memilih pemimpin. Nasibmu ditentukan dengan pilihanmu, pembangunanmu juga akan ditentukan pemilihanmu dan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan juga ditentukan oleh pilihanmu. kualitas pendidikan dan kesehatan di daerahmu juga ditentukan pilihanmu! Selamat Berpilkada!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun